La Ode Wahidin
Pengalaman usaha kecil dan menengah dalam krisis berat Indonesia
dan Asia 1998 telah menunjukkan bahwa sektor usaha tersebut mampu bertahan dari
terpaan gelombang dan badai krisis ekonomi. Sangat telihat jelas bahwa, ketika perusahaanperusahaan
besar mengalami kegagalan produksi yang diakibatkan oleh meni ngkatnya bahan baku
perusahaan yang sangat tajam karena berasal dari impor. Sementara pada sisi
lain, harga bahan baku yang dibeli dengan dolar
membuat perushaan mengalami kerugian kurs berkali lipat. Dampaknya,
banyak korporasi yang merugi ketika itu dan akhirnya melakukan PHK massal. Pada
sisi lain UKM tetap eksis di tengah badai krisis ini mencerminkan bahwa UKM mampu
bertahan diterpa badai krismon. Menurut pengamat ekonomi, ada beberapa sebab, UKM
bisa menjadi perusahaan skala kecil yang kuat. Satu, dalam proses produksi, UKM
tidak tergantung kepada bahan baku impor, sehingga mereka terhindar dari
tekanan Kurs mata uang asing terutama dolar AS. Dua, dari sisi permodalan, mereka
tidak terghantung kepada perbankan. Jadi ketika perbankan banyak yang kolaps, mereka
tetap jalan. Ketiga, biaya produksi UKM relatif kecil, sehingga beban
perusahaan juga tidak begitu besar. Selain itu, kekuatan lain yang dimiliki oleh UKM adalah pasar.
Pasar UKM Indonesia sangatlah luas khususnya di dalam negeri dengan potensi
pasar yang terus tumbuh sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
tingkat kebutuhan serta bervariasinya gaya hidup dimana pasar tersebut sebanyak
jumlah penduduk negeri ini, kurang lebih 250 juta jiwa. Produk UKM pada umumnya
merupakan barang/bahan kebutuhan mendasar masyarakat. Olehnya itu, pasar dalam
negeri masih menjanjikan untuk terus tumbuh dengan segmentasi yang
berbedabeda. Semakin besar usahanya maka segmennya semakin meningkat, dan
bahkan telah ada UKM mampu menjajaki pasarpasar di luar negeri. Hal ini juga didorong
oleh keterbukaan akses informasi dan teknologi yang berkembang dengan pesatnya.mampu
menjajaki pasarpasar di luar negeri. Hal ini juga didorong oleh keterbukaan akses
informasi dan teknologi yang berkembang dengan pesatnya. Realisasinya,
negaranegara ASEAN akan harus memegang teguh prinsip pasar terbuka dan ekonomi
yang digerakkan oleh pasar. Hal ini akan memberikan konsekuensi terhadap liberalisasi
perdagangan barang, jasa, dan tenaga terampil secara bebas dan tanpa hambatan tariff
dan nontarif. Permberlakuan kemudahan dalam bertransaksi antara negara di Asia Tenggara
diyakini akan dapat memberikan peluang ataupun tantangan bagi peningkatan perekonomian
masyarakat, khsusunya Indonesia.
Pengelolaan UKM
Maka, untuk menghadapi pasar bebas Asean (MEA), yang sangat
kompetitif itu, tidak ada jalan lain, selain memperkuat UMK dari segala sisi.
Mulai dari managemen keuangan, pemasaran, kualitas produk termasuk menguasai
teknologi informasi (TI). Kendati UKM adalah usaha skala kecil, tapi dalam
persiangan yang semakin ketata di era global ini maka menjadi keharusan mereka
menguasai TI. Karena, bagaimana pun TI itu sangat murah dan efektif dalam memenangkan
persaingan. Upaya penatakelolaan UKM di Indonesia di tingkat pusat di bawah
payung Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang saat ini berfokus
menghadapi MEA dengan mendorong 5 strategi tujuan yaitu peningkatan
produktivitas, pemanfaatan teknologi dan inovasi, peningkatan akses pembiayaan,
akses terhadap pasar dan proses memasuki pasar internasional, perbaikan
penyusunan kebijakan dan peraturan yang lebih kondusif, pengembangan kewirausahaan
dan peningkatan kapasitas SDM. Rasanya kebijakan ini tergolong terlambat bila
dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Thailand, dimana melalui the National Economic and Social Development
Council telah melakukan persiapan secara komprehensif dan menyiapkan
delapan strategi khusus untuk menghadapi MEA dalam rentang waktu tiga tahun (2012-2015). MEA ditetapkan
sebagai prioritas utama dan menjadi kebijakan populis yang melibatkan berbagai
institusi pemerintah dan kalangan pengusaha. Namun, Indonesia tak boleh
menyerah dengan ketertinggalan ini. Kita harus optimistis bahwa kita mampu
untuk dapat memenangkan pertarungan ekonomi ini khususnya UKM. Beberapa hal
yang memungkinkan untuk dapat dilakukan untuk meningkatkan sinergitas kegiatan
pemberdayaan pelaku UKM di tingkat lokal dan nasional adalah dengan
meningkatkan kualitas produk, peningkatan keahlian sumberdaya manusia baik kemampuan
teknis maupun kemampuan manajerial serta keuangan. Selain itu yang tak kalah
penting adlaah dukungan dari pihak perbankan untuk memberikan akses permodalan kepada
UKM, karena selama ini permiodalan UKM hanya berasal dari keuangan keluraga dan
daqri kocek sendiri. Jika semua ini dilakukan dengan baik, niscaya UMK kita
bisa bersaing dengan UKM antar negara Asean lainnya. Oleh sebab itu, sudah
seyogyanyan sejak sekarang jangan lagi ada pikiran yang mengecilkan UKM,
sebaliknya mereka ini didorong terus dan dibantu dari semua sisi. Karena, bagaimana
pun UKM secara nyata telah memberikan peluang kerja yang luas bagi tenaga kerja
kelas menengah ke bawah (unskill)
yang tidak bisa masuk ke sektor informal. Maka UKM adalah solusinya. (Tulisan ini dimuat dalam Tabloid Inspirasi Indonesia Edisi Volume 6, No. 129, 25 Nopember 2015).