Senin, 28 Maret 2016

Implikasi Lintas Disiplin Ilmu Bagi Penelitian Berkelanjutan



Analisis Jurnal 
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika

Implikasi Lintas Disiplin Ilmu Bagi Penelitian Berkelanjutan
(Implications of Transdisciplinarity for Sustainability Research, Hardon, et al., 2006)



 By
 La Ode Wahidin
 


Latar Belakang

Pembangunan berkelanjutan pertama kali dilakukan deklarasi oleh PBB pada saat konferensi di Rio de Jeneiro Brazil pada tahun 1992 yang merupakan peristiwa penting bagi para peneliti dalam menghadapi perkembangan masyarakat dalam abad 21. Konferensi Rio tersebut mengadopsi defenisi pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Komisi Dunia Tentang Pembangunan dan Lingkungan pada laporannya tahun 1987 ‘Masa Depan Kita Bersama’ yang defenisinya, pembangunan yang dapat berkelanjutan berkomitmen mempertemukan kebutuhan sekarang dan masa depan yang tidak secara terpisah dengan mempertimbangkan batasan-batasan yang ditentukan oleh keadaan teknologi dan organisasi social terhadap kemampuan lingkungan dalam memenuhi kebutuahan sekarang dan masa depan. Dipromosikannya pembangunan berkelanjutan selanjutnya diperlukan untuk mengatasi kebebasan dan terkotak-kotak oleh perubahan teknologi dan kelembagaan untuk mencapai apa yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan kemampuan lingkungan agar memenuhi kebutuhan sekarang dan masa depan serta keadilan diatara masyarakat.
Supaya menjadi efektif dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan berkelanjutan, maka perubahan budaya dan kelembagaan harus didasarkan pada pengetahuan terpercaya, yang mengharuskan melewati batas-batas disiplin ilmu. Ini dicerminkan dalam defenisi istilah lintas disiplin ilmu (transdisciplinarity) dalam ekonomi ekologis: ‘Dengan lintas disiplin ilmu kita mengartikan bahwa ekonomi ekologis melampaui konsepsi disiplin ilmu ilmiah normal kita dan mencoba menggabungkan dan mensintesa banyak perspektif disiplin ilmu yang berbeda. Satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memfokuskan secara langsung pada masalah-masalah dari pada perangkat-perangkat intelektual dan model-model yang digunakan untuk memecahkannya, dan dengan mengabaikan semua batasan-batasan sudut pandang intelektual. Kemudian, perangkat intelektual yang kita gunakan dalam mencarinya penting, yang menjadi tujuan kedua pemecahan masalah-masalah penting dalam pengelolaan pemanfaatan planet kita’.
Agar menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya bagi strategi social mengenai pembangunan yang memungkinkan di masa depan, maka penelitian harus mencerminkan keanekaragaman, kompleksitas dan dinamis mengenai proses-proses yang terkait dan juga variabilitasnya diantara situasi-situasi masalah nyata. Dengan ‘keanekaragaman’ dimaksudkan bagi dimensi empiris relevan dengan proses-proses analisis dan penjelasan yang heterogen dalam arti bahwa memiliki disiplin ilmu yang berbeda, dan memiliki nila-nilai dan norma-norma jamak yang tidak sesaui dalam sebuah cara yang sistematis. Keanegaraman diartikan bertentangan dengan homogenitas yang berkaitan dengan disiplin-disiplin ilmu yang terlibat. Sedangkan kompleksitas digunakan untuk hubungan internal (interrelations) diantara dimensi-dimensi atau nilai-nilai/norma-norma yang heterogen, yang kemudian kompleksitas bertentangan dengan simplisitas. Selanjutnya, dinamis diartikan dengan perubahan-perubahan dimensi yang terjadi secara bersama-sama sepanjang waktu. Selanjutnya, pengetahuan orang-orang yang terlibat dan kebutuhan serta pengaruhnya juga perlu diperhitungkan, karena pembangunan berkelanjutan merupakan model sosio-politis bagi perubahan-perubahan sosial. Ini membutuhkan dialog inter-budaya bagi pembelajaran bersama diantara penelitian dan kelompok-kelompok sosial, yang mungkin memiliki budaya-budaya atau sub-budaya yang berbeda. Penting bahwa semua orang yang terlibat dalam mengembangkan pemahaman mereka mengenai apa yang harus ditentukan dalam pembangunan yang dapat berkelanjutan dan bagaimana ini dapat dilakukan dengan menyadari potensi dan resiko dari strategi-strategi pemecahan masalahnya.
Oleh karena itu diperlukan adanya ilmu pengetahuan yang menjembatani perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat, yang berkaitan antara hubungan masyarakat secara sosial, politik, budaya, ekonomi, dan juga secara ekologis dengan lingkungan untuk memberikan ketersediaan sumberdaya dalam jangka panjang baik kebutuhan saat ini maupun untuk dimasa yang akan datang. Dengan demikian, penelitian-penelitian atau pembelajaran lintas disiplin ilmu dibutuhkan agar memberikan implikasi terhadap gambaran perbedaan-perbedaan tersebut dalam sudut pandang pembangunan yang dapat berkelanjutan. 


Permasalahan
Penerapan pengetahuan ilmiah, meskipun bertujuan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat, dapat memberikan beberapa pengaruh sampingan yang tidak diinginkan yang mengancam kesehatan dan alam, sosial dan ekonomi dan system-sistem kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut, timbulnya pengaruh pergeseran sosial utamanya di masyarakat Barat. Sedangkan di Selatan, penelitian dan pengembangan telah ditantang oleh hubungan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan adat dimana banyak aktor lokal masih sangat dipercayai dan bertentangan dengan pengetahuan ilmiah dalam istilah-istilah espistemologis, metodologis, dan praktek. Dengan demikian, maka pada Konferensi Rio 1992 sekali lagi ditegaskan dalam Konferensi Johannesburg 2002 mengenai pentingnya sains dalam memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan yang dapat lebih berkelanjutan yang lebih memperhatikan peranan dan hubungan masyarakat sebagai pertimbangan kritis. Oleh karena itu, penelitian-penelitian saat ini harus diperluas dengan memasukkan unsur-unsur yang lebih melibatkan keterlibatan publik dalam mendefinisikan tujuan-tujuan sosial jangka panjang dan merumuskan scenario-skenario pembangunan yang dapat berkelanjutan serta mengembangkan metode-metode yang menghubungkan temuan-temuan sains dengan pengetahuan adat.
Tuntutan-tuntutan pengetahuan di dalam masyarakat mengeai isu-isu yang membutuhkan perubahan dalam praktek-praktek social. Dengan “isu-isu” yang berarti masalah-masalah kompleks, maka ‘dimana kenyataan-kenyataan ketidakpastian, nilai dalam sengketa, taruhannya besar dan keputusan-keputusan penting. Dalam sebuah kasus, istilah ‘masalah’ dengan konotasinya dari sebuah latihan dimana suatu metodologi kayaknya mengarah kepada resolusi yang jelas, kurang cocok. Berbagai istilah telah diperkenalkan untuk jenis penelitian ini. Kita akan menggunakan istilah ‘transdisiplin’ dan ‘penelitian transdisiplin’. Makalah ini mengulas isi jurnal yang ditulis oleh Hadorn, et al (2006) mengenai implikasi transdisiplinarity (lintas disiplin ilmu) bagi penelitian berkelanjutan dimana hal-hal yang menjadi perhatian utamanya adalah mengenai beberapa tingkat dan alur berpikir di dalam pengembangan transdisiplin dari perspektif Barat atau Utara dan dari perspektif Selatan, yang merupakan bantuan dalam mencocokkan hubungan diantara transdisiplin dan keberlanjutan. Berdasarkan uraian pendahuluan dan rumusan masalah di atas maka makalah ini mencoba untuk mengulas implikasi lintas disiplin ilmu yang memberikan pengaruh terhadap pembangunan yang dapat berkelanjutan sehingga diperlukan penelitian-penelitian yang berkelanjutan. 

Teori/ Konsep
Penelitian mengenai keberlanjutan sangat vital sbagi kepentingan kolektif kita dan akan semakin berkolaborasi melintasi berbagai batasan. Yang paling jelas yang dapat kita dapat hubungkan antara batasan-batasan tersebut, maka akan semakin mudah berkolaborasi (Stock and Burton, 2011).
Defenisi mengenai berbagai pendekatan terhadap bidang disiplin, Tress et al (2006); Cronin (2008) menyediakan ringkasan defenisi sebagai berikut:
·         Disciplinary studies: proyek-proyek yang mengambil bagian dalam ikatan-ikatan tunggal, yang saat ini dikenal dengan disiplin akademik (bidang ilmu akademik);
·         Multidiciplinary studies: bebeapa disiplin akademik yang mencari satu tema atau masalah namun dengan tujuan-tujuan mutlidisiplin. Para partisipan berbagi pengetahuan, namun tidak bertujuan untuk menyeberangi batasan-batasan subjek untuk menciptakan pengetahuan dan teori baru. Kemajuan-kemajuan proses penelitian sejajar dengan usaha-usaha disipliner tanpa menggabungkan tetapi biasanya dengan tujuan membandingkan hasilnya;
·         Interdisciplinary studies: beberapa disiplin (yang terlibat) berkaitan dengan akademik dalam sebuah cara yang memacunya untuk menyeberangi batas-batas subjek untuk menciptakan pengetahuan dan teori baru serta menciptakan sebuah tujuan penelitian umum;
·         Transdiciplinary studies: proyek-proyek menggabungkan para peneliti akademi dari disiplin ilmu yang tidak berkaitan dan para partisipan yang bukan akademisi, seperti para pengelola lahan dan publik, untuk meneliti tujuan umum umum dan menciptakan pengetahuan dan teori baru. Transdisipler menggabungkan interdisiplin dengan pendekatan partisipatif;
·         Integrative studies: baik interdisipliner maupun transdisipliner, bahwa pengetahuan dan teori baru menggabungkan integrasi pengetahuan disipliner. Budaya-budaya pengetahuan yang berbeda dijembatani dan digabungkan bersama ketika menjawab sebuah pertanyaan penelitian.

     
Bergmann, et al., (2005) mengungkapkan bahwa agar membedakan “good” penelitian transdicipliner, maka karakteristik penelitian transdicipliner harus diklarifikasi terlebih dahulu. Pemahaman umumnya masih terus berkembang; defenisi yang diterima secara umum masih dicari, di satu sisi, cukup dangkal untuk memungkinkan seseorang membuat batasan yang jelas, namun, di sisi lain, cukup terbuka untuk menentukan heterogenitas dan diversitas proses penelitian transdisipliner yang ada. Secara skema, proses penelitian transdisipliner diperjelas dalam gambar berikut ini.


Gambar 1. Proses Penelitian Transdisipliner
(Sumber: Jhon, 2005; Bergmann, 2005). 

Beberapa pendekatan yang banyak pendekatan yang berbasis masyarakat mengenai konsep dan metode tidak relevan terhadap komunitas masyarakat tertentu. Dimana sebuah komunitas lebih perhatian terhadap fenomena yang berada di luar keahlian dari peneliti utama. Olehnya iu, kolaborasi transdisipliner sangat dianjurkan. Bahkan juga dalam kolaborasi, perlu dicatat bahwa spesifikasi dalam akademik juga lebih kaku dari yang seharusnya (Chistens and Perkins, 2008).
Peranan penelitian keberlanjutan juga mencerminkan adanya pengaruh ekonomi dan kebijakan yang terukur dan secara berkesinambungan di dalamnya. Salah satu Negara yang telah menerapkan konsep keberlanjutan penelitian dalam kerangka kerja pemerintahannya adalah Jerman. Federal Ministery of Education and Research Jerman (2009) telah mengintegrasikan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan keberlanjutan dalam sistem penelitian negaranya baik oleh perusahaan-perusahaan maupun oleh lembaga-lembaga penelitian. Lebih lanjut, pendekatan khusus penelitian keberlanjutan ekonomi didanai oleh pemerintah. Sebagai contohnya adalah pada penelitian mengenai nilai keanekaragaman hayati yang menujukkan analisis ekonomi memiliki sebuah fungsi yang penting bagi penilaian politis terhadap strategi keberlanjutan di satu sisi, pemerintah juga telah menyediakan panduan metodologi bagi kuantifikasi ukuran-ukuran pemasukan dan pengeluaran, di sisi lain perubahan ekonomi yang timbul dari petunjuk politis dan pendanaan terhadap keberlanjutan innovasi.
Aplikasi trandisipliner dan pembelajaran eksperimental ditujukan oleh Francis, et al., (2008) program agroekologi menggabungkan pembelajaran dengan tantangan-tantangan saat ini dalam pertanian dan sistem pangan dengan menggerakkan para mahasiswa ke lapangan untuk pengenalan mereka terhadap mata kuliah. Tim-tim mahasiswa internasional bekerja sama dengan para petani dan para pelanggan sistem pangan di pedesaan Norwegia memperoleh pengalaman dari dekat dalam konteks lokal. Ini menghubungkan studi mereka dengan perencanaan bagi aksi bersama dengan para pelanggan dan menyiapkan mereka untuk penelitian tesis. Mata kuliah telah dikonsepkan dan direncanakan dengan sebuah tim yang beragam Negara termasuk para spesialis yang telah memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang pemuliaan tanaman, agronomi, mikrobiologi tanah, kesuburan tanah, dan IT/pendidikan orang dewasa (pedagogy Norwegia), kimia biji-bijian, hortikultura, kedokteran hewan, dan perencanaan sistem pembelajaran (Swedia); agronomi dan physiologi (Denmark); dan entomologi dan manajemen gulma (Finlandia). Sejak beberapa dekade terakhir, telah mengembangkan pegembangan kapasistas keahlian dan pengetahuan bekerja mengenai metode-metode sains sosial. Apa yang telah mengambarkan kelompok tersebut bersama-sama merupakan teori sains sistem dan metodologi untuk peningkatan situasi dalam pertanian dan sistem pangan. Bahan-bahan sumberdaya yang berfokus pada keseluruhan sistem merupakan formatif bagi para instruktur dan digunakan secara selektif sebagai referensi kunci bagi mata kuliah tersebut.
Pohl dan Hadorn (2008) mengungkapkan bahwa dalam penelitian transdisipliner sebuah masalah kehidupan dunia dibingkai sebagai sebuah simpul dalam sebuah jarring faktor-faktor heterogen. Dengan memperhitungkan kompleksitas sebuah masalah berarti menempatkan interkorelasi diantara faaktor-faktor sosial, alam, teknis, hukum dan lain-lain yang membentuk masalah tersebut dan mungkin saja mempengaruhi dampak dan penerimaan kondisi-kondisi yang ditujukan. Situasi tersebut rumit, karena interaksi diantara faktor-faktor mungkin berubah sepanjang waktu. Sehingga, secara ideal, interdependen dinamis dari sebuah kisaran pandangan empiris, orientasi-orientasi nilai dan pilihan-pilihan kebijakan (seperti teknologi, insentif ekonomi dan peraturan) ditangkap. Tantangan transdisipliner dengan kompleksitas masalahnya berkaitan erat dengan jangkauan luas faktor-faktor yang muncul dengan sebuah pemahaman integrasi maslaah dan saran-saran integrasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dalam sistem berpikir yang keras, bidang disiplin ilmu memberikan kontribusi pengetahuan pada parameter-parameter yang memegang peranan penting dalam isu dan membantu memperoleh sebuah model luas dari masalah tersebut dalam arti bagaimana berbagai parameter tersebut dihubungkan. Sementara seorang ahli ekonomi dapat menyediakan data pada variabel-variabel ekonomi sebaga alasan-alasan bagi kelaparan, maka para ahli biologi molekuler dapat mempelajari masalah tersebut pada tingkat nutrient dan para ahli ekologis pada tingkat dinamika perubahan lingkungan global. Hasil-hasil mereka dapat digabungkan dalam sebuah model kualitatif atau kuantitatif. Sementara sistem berpikir yang lembut mengambil kenyataan dalam mempertimbangkan bahwa temuan-temuan ilmiah berate hanya dalam kaitannya dengan kerangka kerja metodologis dan konseptual dari sebuah disiplin ilmu. Pada kondisi tersebut apa yang harus dilakukan bukan untuk menggabungkan data, namun perspektif disipliner. Selanjutnya, integrasi perspektif ilmiah harus dilengkapi dengan perspektif para aktor dalam kehidupan dunia, yang dibingkai oleh peranan-peranan spesifik dan pengalaman-pengalaman mereka.
Hunt dan Thornsburry (2014) mengungkapkan ada kesempatan menarik dan peranan penting bagi para ilmuwan sosial untuk berpartisipasi baik proyek-proyek transdisipliner yang menempatkan isu-isu tantangan masyarakat maupun dalam proyek-proyek penelitian yang berfokus pada perkembangan atau penilaian metodologi, pengelolaan dan dampak proyek transdisipliner. Peningkatan penekanan pada kolaborasi regional dalam penelitian ilmiah merupakan bukti tumbuhnya fokus pada isu-isu masyarakat yang tidak dapat dipaksa oleh batasan-batasan geografis dari disiplin-disiplin pengetahuan tradisional. Dengan sebuah fokus pada tingkah laku manusia termasuk respon terhadap insentif (positif dan negative) dan adaptabilitas, sains sosial akan berada pada inti perencanaan, pengelolaan, penerapan, dan evaluasi penelitian transdisipliner yang sukses dengan menempatkan tantangan-tantangan sosial sekarang dan dimasa yang akan datang.
Winkel, et al., (2015) sains keberlanjutan transdisipliner (Transdiciplinarity Sustanability Science/TSS) merupakan sebuah kunci penting yang secara ilmiah memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah berkelanjutan. Terdapat tiga jenis tantangan yang diidentifikasi yaitu (1) TSS membutuhkan keterbukaan bagi sebuah keragaman rancangan-rancangan penelitian, teori dan metode dan juga memerlukan pembagian, penggunaan yang eksplisit dan rekursif dari ciri TSS; (2) para peneliti dalam tim TSS harus membuat keputusan pilihan (trade-off) diantara capaian-capaian dampak sosial dan ilmiah, yang mengakui bahwa berfokus pada aspek yang dahulunya memakan waktu sulit untuk digabungkan ke dalam sebuah jalur karir ilmiah; dan (3) meskipun para peneliti generalis semakin terlibat proyek-proyek penelitian seperti TSS tersebut, maka mendukung penggabungan sains teknik, alam dan sosial, pengetahuan khusus juga dibutuhkan. 

Metode Analisis
Jurnal yang ditulis oleh Hadorn, et al (2006) merupakan kajian literatur dimana terdiri atas kajian-kajian terdahulu diramu dengan kaidah-kaidah penulisan metodologi penelitian yang menghubungkan antara istilah ekonomi ekologis yang dapat berkelanjutan dengan transdisipliner (lintas bidang ilmu pengetahuan). Kedua pendekatan ini dibedah lebih jauh dengan memasukkan perbedaan-perbedaan dan persamaan diantara kedua istilah tersebut dan bagaimana istilah kedua tersebut saling tumpang tindih atau bahkan dipakai saling bergantian. Selanjutnya, bila dilihat lebih jauh, jurnal ini berbeda dengan jurnal-jurnal penelitian secara umum yang terdiri atas pendahuluan, metode analisis masalah, hasil dan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Yang ada dalam jurnal ini sulit untuk menentukan bagian-bagian penting dalam metodologi kajian jurnal ini disebabkan oleh alur berpikir penulisan tidak menggunakan kaidah yang umum seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu,  beberapa hal yang menjadi perhatian dalam metode analisis ini adalah mengkaji poin-poin penting jurnal ini yang kiranya dianggap sebagai penyusun metodologi kajiannya, yaitu sebagai berikut:
a)        Pengetahuan seharusnya dikelola ke dalam sistem yang terdiri atas 4 tingkatan yaitu purposive (berarti nilai), normative (rancangan sistem sosial), pragmatis (teknologi fisik, ekologi alam, ekologi sosial), dan empiris (dunia fisik mati, dunia fisik hidup, dunia psikologi manusia). Hubungan diantara tingkatan tersebut disebut dengan transdisiplinarity. Ciri khas penting transdiciplinarity adalah koordinasi kegiatan pada semua tingkat pendidian/sistem inovasi yang mengarah kepada tujuan umum.
b)        Penelitian transdisiplin dilihat sebagai bagian dari proses sosial dengan elemen kuatnya berasal dari dasar ke atas (bottom up). Prinsip penelitian digerakkan oleh tiga hal yaitu lokasi memulai penelitian dalam realitas sosial, kedua bidang penelitian, dan ketiga adalah status tujuan penelitian atau partisipasi.
c)        Pandangan selatan, transdisiplinarity merupakan dampak tulisan yang digagas oleh Penulis Brasil Paulo Freire dan Leonardo Boff “Pedagogy of the oppresed’ yang dianggap sebagai sebuah langkah penting tantangan ekonomi dan model-model pembangunan yang digerakkan oleh teknologi yang berdasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan ilmiah.
d)       Sejak pertengahan tahun 1990-an, Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) menjadi sebuah bentuk kerjasama internasional yang utama. Pengalaman-pengalaman yang dihasilkan dari pendidikan kebebasan dan teologi kebebasan merupakan sumber penting bagi pembangunan metodologi yang berdasarkan pada cakupan partisipasi luas para actor sosial yang secara konvensional dianggap sebagai penelitian ‘bermanfaat’ atau ‘objek’. Metodologi PRA menjadi salah satu bentuk dasar pembangunan berkelanjutan di Selatan.
e)    Interaksi melalui pembangunan antara Utara-Selatan ini menjadi apa yang disebut dengan ‘transdisiplinarity versi selatan’ yang menghasilkan perdebatan dimana pelengkap diantara teori-teori selatan dan utara mengenai transformasi masyarakat dan aksi sosial yang dikaji.
f)   Mengikuti alur berpikir pembangunan transdisiplinarity, ‘transidisplinarity’ digunakan bagi penelitian yang menempatkan permintaan pengetahuan bagi penyelesaian masalah masyarakat dengan hal-hal masyarakat yang kompleks.
g)      Kesetaraan merupakan moral ideal yang berkaitan dengan aksis individual dan kerangka kerja sosial masyarakat secara keseluruhan.
h)        Arti kata ‘science’ berkaitan erat dengan paradigm sains alam, aspek-aspek transdisiplinary dari penelitian bagi keberlanjutan mencakup sains sosial dan sastra serta partisipasi para actor masyarakat. Pendekatan-pendekatan interpretative dan kualitatif sains sosial dan sastra dibutuhkan untuk memperoleh pemahaman pandangan yang berbeda, tujuan dan praktek-praktek yang dilakukan di dalam masyarakat yang berkaitan dengan sebuah isu dan mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan dalam kebebasan.
i)    Usaha-usaha dalam pemecahan masalah dapat bermanfaat dari meminjam atau mengkombinasikan konsep dan metode dari disiplin ilmu berbeda untuk mengatasi halangan dalam penelitian atau masuk ke dalam daerah produktif penelitian baru, yang disebut interdisiplinarity yang merupakan suatu kekuatan pendorong utama dalam inovasi ilmiah yang mengarah kepada restrukturiasi bentangan disiplin ilmu dengan sebuah pergerakan paradigm dalam disiplin-disiplin ilmu atau dengan menggabungkan disiplin ilmu yang baru. Sedangkan interdisiplin yang kedua yaitu pemetaan interdisiplin yang membutuhkan adaptasi terhadap keadaan-keadaan masalah yang nyata. Ini dapat dilakukan dengan menambahkan variabel-variabel dari disiplin ilmu lain untuk menangkal keanekaragaman dan kompleksitas dalam penelitian untuk menjelaskan variabilitas proses dalam bidang masalah dan perkembangan strategi manajemen.
j)      Penelitian tidak hanya berkaitan dengan praktek-praktek masyarakat, namun dapat bermanfaat untuk tujuan-tujuan kehidupan praktis, karena dapat menciptkan landasan bagi penelitian terapan dan penelitian transidisiplin yang dapat dibangun. Sebaliknya masalah-masalah yang muncil dalam penelitian terapan atau transidisiplin dapat merangsang inovasi dalam penelitian dasar.
k)        Penelitian terapan dan konsultasi professional bermanfaat bagi kegiatan-kegiatan kolaboratif dan pembelajaran bersama diantara para peneliti dan praktisi, seperti dalam analisis dan pengelolaan degradasi lahan atau analisis dan terapi medis penyakit.
l)       Pluralitas norma dan nilai dalam masyarakat serta kepentingan swasta yang kuat dari para actor masyarakat memberikan alasan bagi pelaksanaan kebebasan mengenai tujuan-tujuan nyata terhadap pembanguan yang dapat berkelanjutan, yang memberikan yang kayaknya karakter berlawanan dengan target pengetahuan. Muncul dengan aplikasi-aplikasi praktis yang masuk akal bagi pembangunan yang dapat berkelanjutan, maka penting untuk meningkatkan dan mengkomunikasikan dasar pengetahuan pada aspek-aspek pragmatis dan empiris dari semua cara-cara alternative penyelesaian masalah, membangun mode-mode consensus bangunan dalam semangat teori Habermas dari aksi komunikatif serta menggabungkan argument-argumen etis dalam sastra yang dapat membantu dalam kebebasan diantara para kelompok masyarakat yang berkaitan dengan barang umum.
m)    Olehkarena ketidakpastian pengetahuan empiris, maka tujuan dan kebiasaan yang bertentangan berkaitan dengan praktek-praktek yang ada, maka dipetentangkan juga apa dan bagaimana praktek-praktek serta lembaga-lembaga seharusnya berubah bagi pembangunan yang dapat berkelanjutan (transformasi pengetahuan). Pengaruh mengenai apa yang diperhitungkan sebagai starategi pemecahan masalah : dari penerapan solusi-solusi defenitif (teknologis) ke dalam pembelajaran sosial mengenai strategi-strategi pemecahan masalah termasuk rancangan teknologi, struktur-struktur kelembagaan, namun juga perubahan sikap.
n)    Menjamin apa yang membuat orang-orang mengubah praktek-praktek mereka adalah sebuah tantangan interdisipler, yang dapat digambarkan dengan memperhatikan tingkah laku konsumen.
o)     Karena perubahan lembaga dan tingkahlaku merupakan bagian dari strategi yang bertujuan untuk lebih berkelanjutan, maka penelitian transdisipliner harus menempatkan perubahan-perubahan yang berlangsung diluar optimasi lembaga-lembaga yang ada (single loop learning). Pendekatan-pendekatan transdisipliner bagi penelitian dan pembangunan selanjutnya bertujuan juga untuk mendukung ‘double loop and deuteron learning’ yang berarti mengubah struktur-struktur kelembagaan dan juga menjamin perkembangan selanjutnya melalui sebuah evaluasi kritis hasi dari penyesuaian-penyesuaian, sehingga memperluas kapasitas bagi pembelajaran di masa yang akan datang.

Model Analisis

Analisis terhadap model yang dikembangkan dalam kajian literature dalam makalah dalam jurnal kajian ini didasarkan atas model barang umum (public goods) yang dikaji secara ekonomi ekologis untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia di masa sekarang dan akan datang yang kiranya mampu memberikan keadilan lintas generasi dan kesetaraan dalam akses terhadap property tersebut. Selain itu, pendekatan terhadap barang tersebut dilakukan dengan kajian-kajian yang melibatkan unsur sosial, ekonomi dan politik sehingga membuat jurnal ini menjadi menarik untuk dikaji. Oleh karena jurnal ini merupakan jurnal yang berupa kajian literatur atas tulisan dari berbagai sumber yang diramu menjadi sebuah tulisan, maka model yang menjadi fokus tulisan ini secara khusus belum dijelaskan secara eksplisit dalam jurnal ini. Dengan demikian, maka penganalisisan model dikembangkan berdasarkan pada bagian-bagian dari jurnal ini yang menyinggung model saja. Berikut ini merupakan bagian-bagian tersebut.

Penelitian transdisiplin berkaitan dengan barang umum (common goods) sebagai prinsip jastifikasi dasar dari lembaga-lembaga kemasyarakatan. Barang umum secara mendasar dipahami sebagai lawan dari kepentingan-kepentingan private (milik pribadi). Konsep-konsep barang umum dalam filosofi politis dan ekonomi kembali ke Aristoteles, dimana barang umum terdiri dalam kelembagaan-kelembagaan yang memberikan kontribusi terhadap kebagiaan dari masyarkat dalam menjamin hak-hak dan kewajiban mereka. Kemudian, barang umum juga memasukan keadilan politis di satu sisi dan penggunaan umum atau kebahagiaan di sisi lain. Dalam filosofi politik periode modern, kontraktualisme, hukum alam, dan utilitariansime memeberikan interpretai berbeda mengenai apa yang diartikan oleh barang umum. Kontraktualisme memahami barang umum sebagai permintaan bahwa kesetaraan merupakan prioritas penggunaan, sementara hukum alam barang umum meruapak apa yang orang-orang pertahankan secara sosial, dan dalam utilitarianisme barang umum dilihat sebagai kebutuhan public yang menjamin setiap orang memenuhi kepentingan pribadinya. Karena pengetahuan mengenai hubungan-hubungan sistem yang kompleks tidak pasti, maka kebebasan mengenai tujuan dan cara perubahan-perubahan sosial juga harus mengikuti prinsip pencegahan, yang mengatakan bahwa, dalam kasus-kasus dari sebuah ancaman yang tidak pasti, maka beberapa aksi diperlukan. Diambil bersama-sama penelitian transdisipliner menempatkan permintaan-permintaan pengetahuan bagi pemecahan masalah dalam kondisi sosial yang kompleks yang berkaitan dengan barang umum. Perhatian ini boleh berkaitan dengan namun tidak dibatasi dengan barang publik.
Model pembangunan berkelanjutan ialah mengenai perubahan dalam lembaga-lembaga sosial dengan arah yang lebih setara dan berpeluang antara generasi untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya pembangunan berkelanjutan dapat dianggap sebagai elaborasi ide lama public good, yang diperluas dalam kaitannya dengan prinsip pencegahan penduduk global dan bahaya yang mungkin dalam sudut pandang jangka panjang. Penelitian berkelanjutan berkomitmen meningkatkan nilai-nilai moral dasar seperti kesetaraan yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan diantara generasi.
Model-model dibutuhkan untuk bagaimana keanekaragaman dan kompleksitas sikap yang sering bertentangan antara satu dengan lain dapat dinegosiasikan secara moral benar dan cara-cara terinformasi yang secara empiris berkaitan dengan konsekuens-konsekuensinya. Agar memenuhi permintaan-permintaan pengetahuan bagi pembangunan yang dapat berkelanjutan, maka baik penelitian dasar, terapan dan transdisiplner dibutuhkan bergantung pada jenis masalah yang harus dipecahkan.
Bila kurangnya penjelasan proses, seperti dalam kasus deplesi ozon, maka ini membutuhkan penelitian dasar. Ketika ada beberapa pemahaman umum mengenai praktek-praktek mana yang harus ditingkatkan dan bagaimana ini harus dilakukan dalam sebuah cara yang dapat berkelanjutan dan bagaimana penelitian dapat ditempatkan yang berkaitan dengan permintaan-permintaan pengetahuan, maka penelitian terapan yang cocok. Penelitian terapan harus menjadi lebih transdisipliner bila pengetahuan mengenai bagaimana menstrukturkan hubungan-hubungan sistemik yang kompeks dalam sebuah bidang masalah tertentu adalah tidak pasti, dan bila ada ketidaksesuaian atas praktek-praktek mana yang serharusnya dirubah dan kearah mana. Karena yang terakhir ini sering merupakan kasus tersebut, maka penelitian transdisipliner dan penelitian berkelanjutan sangat tumpang tindih dan menggunakan istilah yang saling bergantian.
Dimensi-dimensi empiris genesis dan kemungkinan pembangunan-pembangunan selanjutnya dari sebuah isu tidak dapat secara sederhana dijelaskan oleh beberapa model universal, karena sebuah pemahaman yang valid mengenenai latarbelakang masalah nyata tidak memberikan abstraksi dari diversitas, kompleksitas dan variabilitas dimensi yang terlibat dan dinamikanya. Pengetahuan dicapai dalam penelitian transdisipliner mengenai proses-proses secara besar didasarkan pada bukti empiris, adanya data, yang dapat distrukturkan sebagai sistem pengetahuan dengan bantuan pemodelan statistik dan matematika. Meskipun hasil dari sistem-sistem pengetahuan dapat secara metodologis dihasilkan, model-model tersebut kekurangan kekuatan penjelasan dari penelitian dasar dan terapan, dan mengandung ketidakpastian. Generalisasi pengetahuan dapat dicapai dengan mentransferkan model dan metode kepada konteks dan jenis isu yang lain, yang membutuhkan validasi pengetahuan yang bermanfaat dalam setiap sudut latar.
Para ahli psikologis menganalisis pola-pola berbeda mengenai motivasi-motivasi konsumen dengan menunjukkan sebuah pemilihan konstan barang-barang yang ditawarkan di dalam toko-toko. Para ilmuwan bisnis tertarik dengan bagaimana para konsumen bereaksi terhadap barang-barang tersebut dan bagaiman mereka ditawarkan di dalam toko, sementara mengabaikan adanya jenis-jenis motivasi yang berbeda. Untuk mendapatkan keseluruhan cerita, maka seseorang tidak hanya menggabungkan temuan-temuannya karena hasil-hasil psikologis tidak leluasa valid bila variabel-variabel tertentu tidak leluasa dikontrol, namun beragam dengan perubahan-perubahan dari barang-barang yang ditawarkan. Dalam kasus tersebut, tidak hanya hasil, namun konsep dan metode dari disiplin ilmu yang berbeda yang harus diadaptasikan bagi satu sama lain dan digabungkan untuk penelitian dengan sebuah pendekatan interdisipliar berionentasi isu. Ini berguna untuk menyadari proses kombinasi ini dan adaptasi dari konsep-konsep dan metode-metode dalam interaksi tertutup dengan para pelanggan, penjual dan para produsen dan lain-lain agar mempelajari mengapa mereka memilih dalam cara yang diobservasi dan memberikan kontribusi terhadap cerminan pada pengaruh-pengaruh positif dan negative mengenai keberlanjutan dari semua aktor yang terlibat dalam isu tersebut mengenai konsumsi yang lebih dapat berkelanjutan.



Analisis
Analisis terhadap jurnal ini didasarkan pada bagian-bagian penting yang dirasa sebagai pembahasan dari jurnal ini terlepas dari bagian metode dan model yang dikembangkan seperti yang tertulis pada bagian sebelumnya dalam makalah ini. Bagian-bagian tersebut diantaranya ialah ketika penelitian memproleh banyak transdisipliner, maka para peneliti memasuki landasan-landasan yang tidak biasa untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah. Dalam menghadapi kompleksitas isu-isu yang tidak hanya tingkat empiris tetapi juga yang berkaitan dengan tingkat nilai, normative dan pragmatis dari pemecahan masalah yang ada di masyarakat, maka penelitian lebih terjalin dengan praktek-praktek dan kebijakan-kebijakan sosial, kemudian tantangan-tantangan pengetahuan ilmiah alam dan opini-opini tentang kualitasnya. Dua tanda sistem dari ketidakpastian dan keputusan yang membedakan antara sains inti, penelitan terapan, konsultasi professional dan sains post-normal yang dicirikan oleh tiga jenis tujuan yaitu (1) penelitian terapan ialah beriorientasi misi, (2) konsultasi professional ialah melayani pelanggan, (3) sains post-normal ialah digerakan oleh issu. Ketiga tujuan ini bertentangan dengan sains utama – penelitian tradisional ‘murni’ atau ‘dasar’ yang termotivasi oleh keingintahuan. Selanjutnya, dalam konteks pembangunan yang dapat berkelanjutan, penelitian transdisiplinarity menempatkan sebuah bidang masalah dengan mengindentifikasi dimensi-dimensi berbeda dari pertanyaan terhadap isu tersebut, dan mengkaji kompleksitas, dinamis dan variabilitas yang berkaitan dengan bagaimana ditransformasikan dalam sebuah cara yang lebih dapat berkelanjutan. Sikap dari berbagai pengambil kebijakan memegang peranan penting dalam mengidentifikasi dan menstrukturkan ide-ide bagi penelitian, karena isu-isu ini berkaitan dengan praktek-praktek manusia.

Kesimpulan
Kesimpulan yang coba ditarik dalam makalah ini didasarkan atas kesimpulan yang dibangun dalam jurnal. Ulasan kesimpulannya ialah bahwa cakupan pendekatan yang luas ditujukan terhadap isu-isu dalam penelitian lintas bidang ilmu telah dikembangkan sehingga tidak menghilangkan keanekaragaman, kompleksitas, dan variabilitas. Oleh karena itu terdapat tiga pertanyaan mendasar yang ditujuan terhadap isu-isu mengenai (1) dengan cara  apa proses membentuk sebuah bidang masalah dan dimana kebutuhan bagi perubahan? (2) Praktek-praktek apa yang lebih baik (target dalam arti tujuan-tujuan pembangunan yang dapat berkelanjutan)? (3) Bagaimana praktek-praktek yang ada sekarang dapat ditransformasikan? Seseorang dapat focus pada salah satu dari pertanyaan ini sementara memperhitungkan setiap dari pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan aspek-aspek empiris, pragmatis, normatif dan purposif. Selanjutnya, perhatian-perhatian penelitian yang berkaitan dengan penelitian berkelanjutan adalah pemahaman mengenai transisi keberlanjutan yang disebut dengan ‘Scylla of political irrelevance and the Charybdis of technical inadequacy’. Scylla merupakan pengoptimalan kekeliruan yang terdiri atas ide berpikir sederhana dalam tradisi rekayasa system yang efektif dalam pembangunan berkelanjutan. Mengoptimalkan kekeliruan mengabaikan bahwa penelitian harus memandang rasionalitas tujuan dan hak orang untuk penentuan diri-sendiri juga, yang berarti bahwa argument-argumen bagi perbebatan politis harus disediakan.
Kekeliruan muncul karena adanya hambatan-hambatan kognitif diantara para peneliti dari budaya-budaya ilmiah yang berbeda. Penelitian dalam ilmu sosial dan sastra memiliki sebuah penekanan mengenai konsep-konsep analisis dan teori-teori tentang bagaimana memahami sebuah permasalahan dan memami perubahan sosial dalam sudut pandang determinasi-sendiri dari masyarakat dalam kebebasan politik. Pentingnya pembangunan kapasitas dalam penelitian berkelanjutan agar mengembangan lembaga-lembaga melakukan penelitian dan pendidikan dalam arah lintas disiplin ilmu yang beriorentasi isu pelengkap sampai pada lembaga-lmebaga yang ada dalam penelitian dasar dan terapan.

Analisis Kritis
Atas gambaran dari jurnal yang dikaji dalam makalah ini, bahwa awalnya pengetahuan dan penelitian itu berasal dari Utara atau Barat, namun sejalan dengan perkembangannya metode penelitian dan teknik penelitian juga dibangun dari Selatan. Kolaborasi antara dua pandangan ini menghasilkan percampuran pemahaman yang saling melengkapi kekurangan satu dengan lainnya. Hasil dari kolaborasi ini menciptkan kemajuan dalam khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan ilmu pengetahuan secara empiris di dasarkan atas penelitian-penelitian yang dikaji secara terstruktur dan sistematis sehingga melahirkan kesimpulan atas objek atau kajian. Penelitian-penelitian ini kiranya terdiri atas tiga jenis penelitian yaitu penelitian dasar, penelitian terapan serta konsultasi professional. Penelitian dasar dibutuhkan untuk mengembangkan sains murni. Sedangkan penelitian terapan merupakan penelitian lanjutan terhadap perkembangan atas penelitian-penelitian murni agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Juga sama halnya bahwa penelitian terapan yang berkaitan dengan konsultasi professional dapat dibangun berdasarkan pengalaman-pengalaman aktor-aktor sosial di dalam masyarakat. Adanya penelitian terapan dan konsultasi professional juga memberikan rangsangan terhadap keberlanjutan dari innovasi penelitian-penelitian murni atau dasar. Dari ketiga jenis ini, tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya dalam struktur yang kongkrit, sehingga memunculkan hubungan diantara setiap struktur dengan memberikan pengaruh satu dengan lainnya. Oleh karena itu, keberadaan ketiga jenis penelitian tersebut kiranya harus mampu memberikan dampak terhadap pembangunan yang dapat berkelanjutan. Selain itu, penelitian-penelitian tersebut juga harus mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penyelesaian atau menempatkan kepentingan-kepentingan yang dialami oleh pelaku atau aktor-aktor yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan atas barang publik (public goods), baik dimasa sekarang maupun di masa yang akan datang.


Aplikasi di Indonesia
Penerapan penelitian yang melibatkan bidang ilmu yang berbeda terhadap suatu objek yang menjadi kajian telah ditunjukkan oleh Zulaikha (2014) dalam penelitian disertasinya yang betujuan untuk mengembangkan sebuah model kolaboratif efektif diantara para perancang dan pembuat kerajinan tangan dengan keseluruhan tujuan dalam meningkatkan bisnis kerajinan tangan pedesaan dan mencegah penghilangan jumlah industry pengrajin pedesaan. Kearifan lokal, konteks global, kesulitan yang dialami oleh industry pengrajin pedesaan dan kekuatan serta tantangan dikaji sebagai pokok bagi pengembangan model tersebut. Metode pengambilan datanya dilakukan dengan menggunakan teknik partisipatory action research (PAR). Di akhir aksi kolektif dari proyek partisipatif menunjukkan tanda-tanda positif yang mendukung pengembangan masyarakat yang membawa manfaat sosial dan ekonomis.
Di bidang kesehatan, pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penelitian kolaboratif dengan mengabungkan beberapa universitas dalam satu tujuan yang sama. Widyahening, et al., (2016) dalam tulisannya mengenai penelitian kolaboratif yang dilakukan dalam pendidikan dokter sebagai bagian dari kegiatan kolaboratif pendidikan antara tiga universitas (Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Andalas) dengan menggunakan metode working group terhadap perwakilan dari ketiga universitas tersebut dimana para pesertanya diminta untuk memprioritaskan topik-topik yang telah ditentukan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa prioritas penelitian kolaboratif bagi tiga fakultas kedokteran tersebut kiranya memperhatikan ketersediaan sumberdaya dan faktor-faktor lain (kepentingan nasional, kontribusi terhadap pengembangan akademik rumah sakit dan program kolaborasi).


Penutup

Makalah mengenai keterkaitan antara penelitian lintas disiplin ilmu pengetahuan dalam pembangunan berkelanjutan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Kehadiran makalah ini diharapkan mampu untuk memberikan sedikit pengantar terhadap pentingnya hal tersebut. Partisipasi dan dorongan bersama dalam menjembatani pembagian informasi juga menjadi peran tersendiri agar semangat ini mampu memberikan kesejahteraan bagi umat manusia di masa yang akan datang. Demikian makalah ini dibuat untuk mengulas hal-hal tersebut agar dapat memberikan uraian terhadap dinamika konsepsi dan implementasi penelitian yang berbasis lintas ilmu pengetahuan dan pendekatan-pendekatan yang seharusnya dilakukan dalam menyusun metodeloginya.

Daftar Pustaka

Bergmann M., Brohmann B., Hoffman E., Loibl M.C., Rehaag R., Schramm E., Peter Vob J., 2005. Quality Criteria of Transdiciplinary Research. A Guide for the Formative Evaluation of Research Projects. Program of Social-Ecological Research of German’s Federal Ministry for of Education and Research, Germanny.
Cronin, Karen., 2008. Transdiciplinary Research (TDR) and Sustainability. Overview Report Prepared for the Ministry of Research, Science and Technology (MoRST) New Zealand.
Cristens, B., and Perkins D.D., 2008. Transdiciplinary, Multilevel Action Research to Enhance Ecological and Psychopolitical Validity. Journal of Community Psychology. Vol. 36 (2): 214 – 231.
Fedeal Ministry of Education and Research of German, 2009. Research for Sustainbale Development: Framework Programme of the German Federal Ministry of Education and Research (BMBF).
Francis, C.A., Lieblein G., Breland T.A., Salomonsson, L., Geber U., Sriskandarajah N., Langer, V., 2008. Transdiciplinary Research for a Sustainable Agriculture and Food Sector. Agronomy Journal. Vol. 100 (3): 771 – 776.
Hunt, Fen., and Thornsbury, S., 2014. Facilitating Transdiciplinarity Research in an Evolving Approach to Science. Open Journal of Social Sciences. Vol. 2: 340 – 351.
Pohl, Christian., and Hadorn, G.H., 2008. Methodological Challenges of Transdiciplinary Research. Journal Nature Science Societes. Vol. 16 : 111 – 121. DOI: 10.1051/nss:2008035.
Stock, Paul., and Burton R.J.F., 2011. Defining Terms of Integrated (Multi-Inter-Trans-Disciplinary) Sustainability Research. Journal Sustainability. Vol. 3: 1090 – 1113; doi:10.3390/su3081090.
Winkel, C.R., Arlinghaus R., Deppisch S., Eisenack K., Gottschlisch D., Hrschl B., Matzdorf B., Molders T., Padmanabhan M., Selbmann K., Ziegler R., Plieninger T., 2015. Characteristics, Emerging Needs, and Challenges of Transdiciplinary Sustainability Science: Experiences from the German Social-Ecological Research Program. Ecology and Society 20(3): 13. http://www.ecologyandsociety.org/vol20/iss3/art13/.
Widyahening, I.S., Mutmainah., Yulistini, Laksmi P.W., Simadibrata M., 2014. Setting an Agend for Collaborative Research in Medical Education in Indonesia. Southeast Asian Journal of Medical Education. Vol. 8(2): 8 – 13.
Zulaikha, Ellya., 2014. Collaborative Learning in the Rural Indonesian Craft Industry. PhD Thesis, Queensland University of Technology.