Analisis Jurnal
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
Implikasi Lintas
Disiplin Ilmu Bagi Penelitian Berkelanjutan
(Implications of Transdisciplinarity for
Sustainability Research, Hardon, et al., 2006)
By
La Ode Wahidin
Latar Belakang
Pembangunan
berkelanjutan pertama kali dilakukan deklarasi oleh PBB pada saat konferensi di
Rio de Jeneiro Brazil pada tahun 1992 yang merupakan peristiwa penting bagi
para peneliti dalam menghadapi perkembangan masyarakat dalam abad 21. Konferensi
Rio tersebut mengadopsi defenisi pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan
oleh Komisi Dunia Tentang Pembangunan dan Lingkungan pada laporannya tahun 1987
‘Masa Depan Kita Bersama’ yang defenisinya, pembangunan yang dapat
berkelanjutan berkomitmen mempertemukan kebutuhan sekarang dan masa depan yang
tidak secara terpisah dengan mempertimbangkan batasan-batasan yang ditentukan
oleh keadaan teknologi dan organisasi social terhadap kemampuan lingkungan
dalam memenuhi kebutuahan sekarang dan masa depan. Dipromosikannya pembangunan
berkelanjutan selanjutnya diperlukan untuk mengatasi kebebasan dan
terkotak-kotak oleh perubahan teknologi dan kelembagaan untuk mencapai apa yang
dibutuhkan dalam kaitannya dengan kemampuan lingkungan agar memenuhi kebutuhan
sekarang dan masa depan serta keadilan diatara masyarakat.
Supaya menjadi efektif dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan berkelanjutan,
maka perubahan budaya dan kelembagaan harus didasarkan pada pengetahuan
terpercaya, yang mengharuskan melewati batas-batas disiplin ilmu. Ini
dicerminkan dalam defenisi istilah lintas disiplin ilmu (transdisciplinarity) dalam ekonomi ekologis: ‘Dengan lintas
disiplin ilmu kita mengartikan bahwa ekonomi ekologis melampaui konsepsi disiplin
ilmu ilmiah normal kita dan mencoba menggabungkan dan mensintesa banyak
perspektif disiplin ilmu yang berbeda. Satu cara untuk melakukan ini adalah
dengan memfokuskan secara langsung pada masalah-masalah dari pada
perangkat-perangkat intelektual dan model-model yang digunakan untuk memecahkannya,
dan dengan mengabaikan semua batasan-batasan sudut pandang intelektual. Kemudian,
perangkat intelektual yang kita gunakan dalam mencarinya penting, yang menjadi
tujuan kedua pemecahan masalah-masalah penting dalam pengelolaan pemanfaatan
planet kita’.
Agar
menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya bagi strategi social mengenai
pembangunan yang memungkinkan di masa depan, maka penelitian harus mencerminkan
keanekaragaman, kompleksitas dan dinamis mengenai proses-proses yang terkait
dan juga variabilitasnya diantara situasi-situasi masalah nyata. Dengan
‘keanekaragaman’ dimaksudkan bagi dimensi empiris relevan dengan proses-proses
analisis dan penjelasan yang heterogen dalam arti bahwa memiliki disiplin ilmu
yang berbeda, dan memiliki nila-nilai dan norma-norma jamak yang tidak sesaui dalam
sebuah cara yang sistematis. Keanegaraman diartikan bertentangan dengan
homogenitas yang berkaitan dengan disiplin-disiplin ilmu yang terlibat. Sedangkan
kompleksitas digunakan untuk hubungan internal (interrelations) diantara dimensi-dimensi atau
nilai-nilai/norma-norma yang heterogen, yang kemudian kompleksitas bertentangan
dengan simplisitas. Selanjutnya, dinamis diartikan dengan perubahan-perubahan
dimensi yang terjadi secara bersama-sama sepanjang waktu. Selanjutnya,
pengetahuan orang-orang yang terlibat dan kebutuhan serta pengaruhnya juga
perlu diperhitungkan, karena pembangunan berkelanjutan merupakan model
sosio-politis bagi perubahan-perubahan sosial. Ini membutuhkan dialog
inter-budaya bagi pembelajaran bersama diantara penelitian dan
kelompok-kelompok sosial, yang mungkin memiliki budaya-budaya atau sub-budaya yang
berbeda. Penting bahwa semua orang yang terlibat dalam mengembangkan pemahaman
mereka mengenai apa yang harus ditentukan dalam pembangunan yang dapat
berkelanjutan dan bagaimana ini dapat dilakukan dengan menyadari potensi dan
resiko dari strategi-strategi pemecahan masalahnya.
Oleh
karena itu diperlukan adanya ilmu pengetahuan yang menjembatani
perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat, yang berkaitan antara hubungan
masyarakat secara sosial, politik, budaya, ekonomi, dan juga secara ekologis
dengan lingkungan untuk memberikan ketersediaan sumberdaya dalam jangka panjang
baik kebutuhan saat ini maupun untuk dimasa yang akan datang. Dengan demikian, penelitian-penelitian
atau pembelajaran lintas disiplin ilmu dibutuhkan agar memberikan implikasi
terhadap gambaran perbedaan-perbedaan tersebut dalam sudut pandang pembangunan
yang dapat berkelanjutan.
Permasalahan
Penerapan
pengetahuan ilmiah, meskipun bertujuan untuk meningkatkan penghidupan
masyarakat, dapat memberikan beberapa pengaruh sampingan yang tidak diinginkan
yang mengancam kesehatan dan alam, sosial dan ekonomi dan system-sistem
kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut, timbulnya pengaruh pergeseran sosial
utamanya di masyarakat Barat. Sedangkan di Selatan, penelitian dan pengembangan
telah ditantang oleh hubungan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan adat dimana
banyak aktor lokal masih sangat dipercayai dan bertentangan dengan pengetahuan
ilmiah dalam istilah-istilah espistemologis, metodologis, dan praktek. Dengan
demikian, maka pada Konferensi Rio 1992 sekali lagi ditegaskan dalam Konferensi
Johannesburg 2002 mengenai pentingnya sains dalam memberikan kontribusi
terhadap tujuan pembangunan yang dapat lebih berkelanjutan yang lebih
memperhatikan peranan dan hubungan masyarakat sebagai pertimbangan kritis. Oleh
karena itu, penelitian-penelitian saat ini harus diperluas dengan memasukkan
unsur-unsur yang lebih melibatkan keterlibatan publik dalam mendefinisikan tujuan-tujuan
sosial jangka panjang dan merumuskan scenario-skenario pembangunan yang dapat
berkelanjutan serta mengembangkan metode-metode yang menghubungkan
temuan-temuan sains dengan pengetahuan adat.
Tuntutan-tuntutan
pengetahuan di dalam masyarakat mengeai isu-isu yang membutuhkan perubahan
dalam praktek-praktek social. Dengan “isu-isu” yang berarti masalah-masalah
kompleks, maka ‘dimana kenyataan-kenyataan ketidakpastian, nilai dalam
sengketa, taruhannya besar dan keputusan-keputusan penting. Dalam sebuah kasus,
istilah ‘masalah’ dengan konotasinya dari sebuah latihan dimana suatu
metodologi kayaknya mengarah kepada resolusi yang jelas, kurang cocok. Berbagai
istilah telah diperkenalkan untuk jenis penelitian ini. Kita akan menggunakan
istilah ‘transdisiplin’ dan ‘penelitian transdisiplin’. Makalah ini mengulas
isi jurnal yang ditulis oleh Hadorn, et al (2006) mengenai implikasi
transdisiplinarity (lintas disiplin ilmu) bagi penelitian berkelanjutan dimana
hal-hal yang menjadi perhatian utamanya adalah mengenai beberapa tingkat dan alur
berpikir di dalam pengembangan transdisiplin dari perspektif Barat atau Utara
dan dari perspektif Selatan, yang merupakan bantuan dalam mencocokkan hubungan
diantara transdisiplin dan keberlanjutan. Berdasarkan uraian pendahuluan dan rumusan
masalah di atas maka makalah ini mencoba untuk mengulas implikasi lintas
disiplin ilmu yang memberikan pengaruh terhadap pembangunan yang dapat
berkelanjutan sehingga diperlukan penelitian-penelitian yang berkelanjutan.
Teori/ Konsep
Penelitian
mengenai keberlanjutan sangat vital sbagi kepentingan kolektif kita dan akan
semakin berkolaborasi melintasi berbagai batasan. Yang paling jelas yang dapat
kita dapat hubungkan antara batasan-batasan tersebut, maka akan semakin mudah
berkolaborasi (Stock and Burton, 2011).
Defenisi
mengenai berbagai pendekatan terhadap bidang disiplin, Tress et al (2006); Cronin
(2008) menyediakan ringkasan defenisi sebagai berikut:
·
Disciplinary studies: proyek-proyek yang
mengambil bagian dalam ikatan-ikatan tunggal, yang saat ini dikenal dengan disiplin
akademik (bidang ilmu akademik);
·
Multidiciplinary studies: bebeapa disiplin
akademik yang mencari satu tema atau masalah namun dengan tujuan-tujuan mutlidisiplin.
Para partisipan berbagi pengetahuan, namun tidak bertujuan untuk menyeberangi batasan-batasan
subjek untuk menciptakan pengetahuan dan teori baru. Kemajuan-kemajuan proses
penelitian sejajar dengan usaha-usaha disipliner tanpa menggabungkan tetapi
biasanya dengan tujuan membandingkan hasilnya;
·
Interdisciplinary studies: beberapa disiplin
(yang terlibat) berkaitan dengan akademik dalam sebuah cara yang memacunya untuk
menyeberangi batas-batas subjek untuk menciptakan pengetahuan dan teori baru
serta menciptakan sebuah tujuan penelitian umum;
·
Transdiciplinary studies: proyek-proyek menggabungkan
para peneliti akademi dari disiplin ilmu yang tidak berkaitan dan para
partisipan yang bukan akademisi, seperti para pengelola lahan dan publik, untuk
meneliti tujuan umum umum dan menciptakan pengetahuan dan teori baru. Transdisipler
menggabungkan interdisiplin dengan pendekatan partisipatif;
·
Integrative studies: baik interdisipliner
maupun transdisipliner, bahwa pengetahuan dan teori baru menggabungkan integrasi
pengetahuan disipliner. Budaya-budaya pengetahuan yang berbeda dijembatani dan
digabungkan bersama ketika menjawab sebuah pertanyaan penelitian.
Gambar 1. Proses Penelitian Transdisipliner
(Sumber: Jhon, 2005; Bergmann, 2005).
Beberapa
pendekatan yang banyak pendekatan yang berbasis masyarakat mengenai konsep dan metode
tidak relevan terhadap komunitas masyarakat tertentu. Dimana sebuah komunitas lebih
perhatian terhadap fenomena yang berada di luar keahlian dari peneliti utama. Olehnya
iu, kolaborasi transdisipliner sangat dianjurkan. Bahkan juga dalam kolaborasi,
perlu dicatat bahwa spesifikasi dalam akademik juga lebih kaku dari yang
seharusnya (Chistens and Perkins, 2008).
Peranan
penelitian keberlanjutan juga mencerminkan adanya pengaruh ekonomi dan
kebijakan yang terukur dan secara berkesinambungan di dalamnya. Salah satu
Negara yang telah menerapkan konsep keberlanjutan penelitian dalam kerangka kerja
pemerintahannya adalah Jerman. Federal Ministery of Education and Research Jerman
(2009) telah mengintegrasikan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan
keberlanjutan dalam sistem penelitian negaranya baik oleh perusahaan-perusahaan
maupun oleh lembaga-lembaga penelitian. Lebih lanjut, pendekatan khusus penelitian
keberlanjutan ekonomi didanai oleh pemerintah. Sebagai contohnya adalah pada penelitian
mengenai nilai keanekaragaman hayati yang menujukkan analisis ekonomi memiliki
sebuah fungsi yang penting bagi penilaian politis terhadap strategi
keberlanjutan di satu sisi, pemerintah juga telah menyediakan panduan
metodologi bagi kuantifikasi ukuran-ukuran pemasukan dan pengeluaran, di sisi
lain perubahan ekonomi yang timbul dari petunjuk politis dan pendanaan terhadap
keberlanjutan innovasi.
Aplikasi
trandisipliner dan pembelajaran eksperimental ditujukan oleh Francis, et al.,
(2008) program agroekologi menggabungkan pembelajaran dengan
tantangan-tantangan saat ini dalam pertanian dan sistem pangan dengan menggerakkan
para mahasiswa ke lapangan untuk pengenalan mereka terhadap mata kuliah. Tim-tim
mahasiswa internasional bekerja sama dengan para petani dan para pelanggan
sistem pangan di pedesaan Norwegia memperoleh pengalaman dari dekat dalam
konteks lokal. Ini menghubungkan studi mereka dengan perencanaan bagi aksi
bersama dengan para pelanggan dan menyiapkan mereka untuk penelitian tesis. Mata
kuliah telah dikonsepkan dan direncanakan dengan sebuah tim yang beragam Negara
termasuk para spesialis yang telah memiliki latar belakang pendidikan formal dalam
bidang pemuliaan tanaman, agronomi, mikrobiologi tanah, kesuburan tanah, dan
IT/pendidikan orang dewasa (pedagogy Norwegia), kimia biji-bijian, hortikultura,
kedokteran hewan, dan perencanaan sistem pembelajaran (Swedia); agronomi dan physiologi
(Denmark); dan entomologi dan manajemen gulma (Finlandia). Sejak beberapa
dekade terakhir, telah mengembangkan pegembangan kapasistas keahlian dan pengetahuan
bekerja mengenai metode-metode sains sosial. Apa yang telah mengambarkan kelompok
tersebut bersama-sama merupakan teori sains sistem dan metodologi untuk peningkatan
situasi dalam pertanian dan sistem pangan. Bahan-bahan sumberdaya yang berfokus
pada keseluruhan sistem merupakan formatif bagi para instruktur dan digunakan secara
selektif sebagai referensi kunci bagi mata kuliah tersebut.
Pohl
dan Hadorn (2008) mengungkapkan bahwa dalam penelitian transdisipliner sebuah
masalah kehidupan dunia dibingkai sebagai sebuah simpul dalam sebuah jarring faktor-faktor
heterogen. Dengan memperhitungkan kompleksitas sebuah masalah berarti menempatkan
interkorelasi diantara faaktor-faktor sosial, alam, teknis, hukum dan lain-lain
yang membentuk masalah tersebut dan mungkin saja mempengaruhi dampak dan
penerimaan kondisi-kondisi yang ditujukan. Situasi tersebut rumit, karena
interaksi diantara faktor-faktor mungkin berubah sepanjang waktu. Sehingga, secara
ideal, interdependen dinamis dari sebuah kisaran pandangan empiris, orientasi-orientasi
nilai dan pilihan-pilihan kebijakan (seperti teknologi, insentif ekonomi dan
peraturan) ditangkap. Tantangan transdisipliner dengan kompleksitas masalahnya berkaitan
erat dengan jangkauan luas faktor-faktor yang muncul dengan sebuah pemahaman integrasi
maslaah dan saran-saran integrasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dalam
sistem berpikir yang keras, bidang disiplin ilmu memberikan kontribusi
pengetahuan pada parameter-parameter yang memegang peranan penting dalam isu
dan membantu memperoleh sebuah model luas dari masalah tersebut dalam arti
bagaimana berbagai parameter tersebut dihubungkan. Sementara seorang ahli
ekonomi dapat menyediakan data pada variabel-variabel ekonomi sebaga
alasan-alasan bagi kelaparan, maka para ahli biologi molekuler dapat
mempelajari masalah tersebut pada tingkat nutrient dan para ahli ekologis pada
tingkat dinamika perubahan lingkungan global. Hasil-hasil mereka dapat
digabungkan dalam sebuah model kualitatif atau kuantitatif. Sementara sistem berpikir
yang lembut mengambil kenyataan dalam mempertimbangkan bahwa temuan-temuan ilmiah
berate hanya dalam kaitannya dengan kerangka kerja metodologis dan konseptual
dari sebuah disiplin ilmu. Pada kondisi tersebut apa yang harus dilakukan bukan
untuk menggabungkan data, namun perspektif disipliner. Selanjutnya, integrasi perspektif
ilmiah harus dilengkapi dengan perspektif para aktor dalam kehidupan dunia, yang
dibingkai oleh peranan-peranan spesifik dan pengalaman-pengalaman mereka.
Hunt
dan Thornsburry (2014) mengungkapkan ada kesempatan menarik dan peranan penting
bagi para ilmuwan sosial untuk berpartisipasi baik proyek-proyek transdisipliner
yang menempatkan isu-isu tantangan masyarakat maupun dalam proyek-proyek penelitian
yang berfokus pada perkembangan atau penilaian metodologi, pengelolaan dan
dampak proyek transdisipliner. Peningkatan penekanan pada kolaborasi regional dalam
penelitian ilmiah merupakan bukti tumbuhnya fokus pada isu-isu masyarakat yang
tidak dapat dipaksa oleh batasan-batasan geografis dari disiplin-disiplin pengetahuan
tradisional. Dengan sebuah fokus pada tingkah laku manusia termasuk respon
terhadap insentif (positif dan negative) dan adaptabilitas, sains sosial akan
berada pada inti perencanaan, pengelolaan, penerapan, dan evaluasi penelitian
transdisipliner yang sukses dengan menempatkan tantangan-tantangan sosial sekarang
dan dimasa yang akan datang.
Winkel,
et al., (2015) sains keberlanjutan transdisipliner (Transdiciplinarity
Sustanability Science/TSS) merupakan sebuah kunci penting yang secara ilmiah memberikan
kontribusi terhadap masalah-masalah berkelanjutan. Terdapat tiga jenis tantangan
yang diidentifikasi yaitu (1) TSS membutuhkan keterbukaan bagi sebuah keragaman
rancangan-rancangan penelitian, teori dan metode dan juga memerlukan pembagian,
penggunaan yang eksplisit dan rekursif dari ciri TSS; (2) para peneliti dalam
tim TSS harus membuat keputusan pilihan (trade-off) diantara capaian-capaian
dampak sosial dan ilmiah, yang mengakui bahwa berfokus pada aspek yang
dahulunya memakan waktu sulit untuk digabungkan ke dalam sebuah jalur karir
ilmiah; dan (3) meskipun para peneliti generalis semakin terlibat proyek-proyek
penelitian seperti TSS tersebut, maka mendukung penggabungan sains teknik, alam
dan sosial, pengetahuan khusus juga dibutuhkan.
Metode Analisis
Jurnal
yang ditulis oleh Hadorn, et al
(2006) merupakan kajian literatur dimana terdiri atas kajian-kajian terdahulu
diramu dengan kaidah-kaidah penulisan metodologi penelitian yang menghubungkan
antara istilah ekonomi ekologis yang dapat berkelanjutan dengan transdisipliner
(lintas bidang ilmu pengetahuan). Kedua pendekatan ini dibedah lebih jauh dengan
memasukkan perbedaan-perbedaan dan persamaan diantara kedua istilah tersebut
dan bagaimana istilah kedua tersebut saling tumpang tindih atau bahkan dipakai
saling bergantian. Selanjutnya, bila dilihat lebih jauh, jurnal ini berbeda
dengan jurnal-jurnal penelitian secara umum yang terdiri atas pendahuluan, metode
analisis masalah, hasil dan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Yang ada
dalam jurnal ini sulit untuk menentukan bagian-bagian penting dalam metodologi kajian
jurnal ini disebabkan oleh alur berpikir penulisan tidak menggunakan kaidah
yang umum seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu, beberapa hal yang menjadi perhatian dalam metode
analisis ini adalah mengkaji poin-poin penting jurnal ini yang kiranya dianggap
sebagai penyusun metodologi kajiannya, yaitu sebagai berikut:
a)
Pengetahuan seharusnya dikelola ke dalam
sistem yang terdiri atas 4 tingkatan yaitu purposive (berarti nilai), normative
(rancangan sistem sosial), pragmatis (teknologi fisik, ekologi alam, ekologi
sosial), dan empiris (dunia fisik mati, dunia fisik hidup, dunia psikologi
manusia). Hubungan diantara tingkatan tersebut disebut dengan
transdisiplinarity. Ciri khas penting transdiciplinarity adalah koordinasi kegiatan
pada semua tingkat pendidian/sistem inovasi yang mengarah kepada tujuan umum.
b)
Penelitian transdisiplin dilihat sebagai
bagian dari proses sosial dengan elemen kuatnya berasal dari dasar ke atas
(bottom up). Prinsip penelitian digerakkan oleh tiga hal yaitu lokasi memulai
penelitian dalam realitas sosial, kedua bidang penelitian, dan ketiga adalah
status tujuan penelitian atau partisipasi.
c)
Pandangan selatan, transdisiplinarity
merupakan dampak tulisan yang digagas oleh Penulis Brasil Paulo Freire dan
Leonardo Boff “Pedagogy of the oppresed’ yang dianggap sebagai sebuah langkah
penting tantangan ekonomi dan model-model pembangunan yang digerakkan oleh
teknologi yang berdasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan ilmiah.
d) Sejak
pertengahan tahun 1990-an, Metode PRA (Participatory
Rural Appraisal) menjadi sebuah bentuk kerjasama internasional yang utama.
Pengalaman-pengalaman yang dihasilkan dari pendidikan kebebasan dan teologi
kebebasan merupakan sumber penting bagi pembangunan metodologi yang berdasarkan
pada cakupan partisipasi luas para actor sosial yang secara konvensional
dianggap sebagai penelitian ‘bermanfaat’ atau ‘objek’. Metodologi PRA menjadi
salah satu bentuk dasar pembangunan berkelanjutan di Selatan.
e) Interaksi melalui pembangunan antara Utara-Selatan
ini menjadi apa yang disebut dengan ‘transdisiplinarity versi selatan’ yang
menghasilkan perdebatan dimana pelengkap diantara teori-teori selatan dan utara
mengenai transformasi masyarakat dan aksi sosial yang dikaji.
f) Mengikuti alur berpikir pembangunan
transdisiplinarity, ‘transidisplinarity’
digunakan bagi penelitian yang menempatkan permintaan pengetahuan bagi penyelesaian
masalah masyarakat dengan hal-hal masyarakat yang kompleks.
g) Kesetaraan merupakan moral ideal yang
berkaitan dengan aksis individual dan kerangka kerja sosial masyarakat secara
keseluruhan.
h)
Arti kata ‘science’ berkaitan erat
dengan paradigm sains alam, aspek-aspek transdisiplinary dari penelitian bagi
keberlanjutan mencakup sains sosial dan sastra serta partisipasi para actor
masyarakat. Pendekatan-pendekatan interpretative dan kualitatif sains sosial
dan sastra dibutuhkan untuk memperoleh pemahaman pandangan yang berbeda, tujuan
dan praktek-praktek yang dilakukan di dalam masyarakat yang berkaitan dengan sebuah
isu dan mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan dalam kebebasan.
i) Usaha-usaha dalam pemecahan masalah
dapat bermanfaat dari meminjam atau mengkombinasikan konsep dan metode dari
disiplin ilmu berbeda untuk mengatasi halangan dalam penelitian atau masuk ke
dalam daerah produktif penelitian baru, yang disebut interdisiplinarity yang merupakan suatu kekuatan pendorong utama dalam
inovasi ilmiah yang mengarah kepada restrukturiasi bentangan disiplin ilmu
dengan sebuah pergerakan paradigm dalam disiplin-disiplin ilmu atau dengan
menggabungkan disiplin ilmu yang baru. Sedangkan interdisiplin yang kedua yaitu
pemetaan interdisiplin yang membutuhkan adaptasi terhadap keadaan-keadaan
masalah yang nyata. Ini dapat dilakukan dengan menambahkan variabel-variabel
dari disiplin ilmu lain untuk menangkal keanekaragaman dan kompleksitas dalam penelitian
untuk menjelaskan variabilitas proses dalam bidang masalah dan perkembangan
strategi manajemen.
j) Penelitian tidak hanya berkaitan dengan praktek-praktek
masyarakat, namun dapat bermanfaat untuk tujuan-tujuan kehidupan praktis,
karena dapat menciptkan landasan bagi penelitian terapan dan penelitian
transidisiplin yang dapat dibangun. Sebaliknya masalah-masalah yang muncil
dalam penelitian terapan atau transidisiplin dapat merangsang inovasi dalam
penelitian dasar.
k)
Penelitian terapan dan konsultasi professional
bermanfaat bagi kegiatan-kegiatan kolaboratif dan pembelajaran bersama diantara
para peneliti dan praktisi, seperti dalam analisis dan pengelolaan degradasi
lahan atau analisis dan terapi medis penyakit.
l) Pluralitas norma dan nilai dalam
masyarakat serta kepentingan swasta yang kuat dari para actor masyarakat
memberikan alasan bagi pelaksanaan kebebasan mengenai tujuan-tujuan nyata
terhadap pembanguan yang dapat berkelanjutan, yang memberikan yang kayaknya
karakter berlawanan dengan target pengetahuan. Muncul dengan aplikasi-aplikasi
praktis yang masuk akal bagi pembangunan yang dapat berkelanjutan, maka penting
untuk meningkatkan dan mengkomunikasikan dasar pengetahuan pada aspek-aspek
pragmatis dan empiris dari semua cara-cara alternative penyelesaian masalah,
membangun mode-mode consensus bangunan dalam semangat teori Habermas dari aksi
komunikatif serta menggabungkan argument-argumen etis dalam sastra yang dapat
membantu dalam kebebasan diantara para kelompok masyarakat yang berkaitan
dengan barang umum.
m) Olehkarena ketidakpastian pengetahuan empiris,
maka tujuan dan kebiasaan yang bertentangan berkaitan dengan praktek-praktek
yang ada, maka dipetentangkan juga apa dan bagaimana praktek-praktek serta
lembaga-lembaga seharusnya berubah bagi pembangunan yang dapat berkelanjutan
(transformasi pengetahuan). Pengaruh mengenai apa yang diperhitungkan sebagai
starategi pemecahan masalah : dari penerapan solusi-solusi defenitif
(teknologis) ke dalam pembelajaran sosial mengenai strategi-strategi pemecahan
masalah termasuk rancangan teknologi, struktur-struktur kelembagaan, namun juga
perubahan sikap.
n) Menjamin apa yang membuat orang-orang
mengubah praktek-praktek mereka adalah sebuah tantangan interdisipler, yang
dapat digambarkan dengan memperhatikan tingkah laku konsumen.
o) Karena perubahan lembaga dan tingkahlaku
merupakan bagian dari strategi yang bertujuan untuk lebih berkelanjutan, maka penelitian
transdisipliner harus menempatkan perubahan-perubahan yang berlangsung diluar optimasi
lembaga-lembaga yang ada (single loop
learning). Pendekatan-pendekatan transdisipliner bagi penelitian dan
pembangunan selanjutnya bertujuan juga untuk mendukung ‘double loop and deuteron learning’ yang berarti mengubah
struktur-struktur kelembagaan dan juga menjamin perkembangan selanjutnya
melalui sebuah evaluasi kritis hasi dari penyesuaian-penyesuaian, sehingga
memperluas kapasitas bagi pembelajaran di masa yang akan datang.
Analisis
terhadap model yang dikembangkan dalam kajian literature dalam makalah dalam
jurnal kajian ini didasarkan atas model barang umum (public goods) yang dikaji secara ekonomi ekologis untuk dapat
memenuhi kebutuhan manusia di masa sekarang dan akan datang yang kiranya mampu
memberikan keadilan lintas generasi dan kesetaraan dalam akses terhadap
property tersebut. Selain itu, pendekatan terhadap barang tersebut dilakukan
dengan kajian-kajian yang melibatkan unsur sosial, ekonomi dan politik sehingga
membuat jurnal ini menjadi menarik untuk dikaji. Oleh karena jurnal ini
merupakan jurnal yang berupa kajian literatur atas tulisan dari berbagai sumber
yang diramu menjadi sebuah tulisan, maka model yang menjadi fokus tulisan ini
secara khusus belum dijelaskan secara eksplisit dalam jurnal ini. Dengan
demikian, maka penganalisisan model dikembangkan berdasarkan pada bagian-bagian
dari jurnal ini yang menyinggung model saja. Berikut ini merupakan bagian-bagian
tersebut.
Penelitian
transdisiplin berkaitan dengan barang umum (common
goods) sebagai prinsip jastifikasi dasar dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Barang umum secara mendasar dipahami sebagai lawan dari kepentingan-kepentingan
private (milik pribadi). Konsep-konsep barang umum dalam filosofi politis dan
ekonomi kembali ke Aristoteles, dimana barang umum terdiri dalam kelembagaan-kelembagaan
yang memberikan kontribusi terhadap kebagiaan dari masyarkat dalam menjamin
hak-hak dan kewajiban mereka. Kemudian, barang umum juga memasukan keadilan
politis di satu sisi dan penggunaan umum atau kebahagiaan di sisi lain. Dalam
filosofi politik periode modern, kontraktualisme, hukum alam, dan
utilitariansime memeberikan interpretai berbeda mengenai apa yang diartikan
oleh barang umum. Kontraktualisme memahami barang umum sebagai permintaan bahwa
kesetaraan merupakan prioritas penggunaan, sementara hukum alam barang umum meruapak
apa yang orang-orang pertahankan secara sosial, dan dalam utilitarianisme
barang umum dilihat sebagai kebutuhan public yang menjamin setiap orang memenuhi
kepentingan pribadinya. Karena pengetahuan mengenai hubungan-hubungan sistem
yang kompleks tidak pasti, maka kebebasan mengenai tujuan dan cara perubahan-perubahan
sosial juga harus mengikuti prinsip pencegahan, yang mengatakan bahwa, dalam
kasus-kasus dari sebuah ancaman yang tidak pasti, maka beberapa aksi
diperlukan. Diambil bersama-sama penelitian transdisipliner menempatkan
permintaan-permintaan pengetahuan bagi pemecahan masalah dalam kondisi sosial
yang kompleks yang berkaitan dengan barang umum. Perhatian ini boleh berkaitan
dengan namun tidak dibatasi dengan barang publik.
Model
pembangunan berkelanjutan ialah mengenai perubahan dalam lembaga-lembaga sosial
dengan arah yang lebih setara dan berpeluang antara generasi untuk memenuhi
kebutuhan. Selanjutnya pembangunan berkelanjutan dapat dianggap sebagai
elaborasi ide lama public good, yang diperluas dalam kaitannya dengan prinsip
pencegahan penduduk global dan bahaya yang mungkin dalam sudut pandang jangka
panjang. Penelitian berkelanjutan berkomitmen meningkatkan nilai-nilai moral
dasar seperti kesetaraan yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan diantara
generasi.
Model-model
dibutuhkan untuk bagaimana keanekaragaman dan kompleksitas sikap yang sering
bertentangan antara satu dengan lain dapat dinegosiasikan secara moral benar
dan cara-cara terinformasi yang secara empiris berkaitan dengan
konsekuens-konsekuensinya. Agar memenuhi permintaan-permintaan pengetahuan bagi
pembangunan yang dapat berkelanjutan, maka baik penelitian dasar, terapan dan
transdisiplner dibutuhkan bergantung pada jenis masalah yang harus dipecahkan.
Bila
kurangnya penjelasan proses, seperti dalam kasus deplesi ozon, maka ini membutuhkan
penelitian dasar. Ketika ada beberapa pemahaman umum mengenai praktek-praktek
mana yang harus ditingkatkan dan bagaimana ini harus dilakukan dalam sebuah
cara yang dapat berkelanjutan dan bagaimana penelitian dapat ditempatkan yang
berkaitan dengan permintaan-permintaan pengetahuan, maka penelitian terapan yang
cocok. Penelitian terapan harus menjadi lebih transdisipliner bila pengetahuan
mengenai bagaimana menstrukturkan hubungan-hubungan sistemik yang kompeks dalam
sebuah bidang masalah tertentu adalah tidak pasti, dan bila ada ketidaksesuaian
atas praktek-praktek mana yang serharusnya dirubah dan kearah mana. Karena yang
terakhir ini sering merupakan kasus tersebut, maka penelitian transdisipliner dan
penelitian berkelanjutan sangat tumpang tindih dan menggunakan istilah yang
saling bergantian.
Dimensi-dimensi
empiris genesis dan kemungkinan pembangunan-pembangunan selanjutnya dari sebuah
isu tidak dapat secara sederhana dijelaskan oleh beberapa model universal,
karena sebuah pemahaman yang valid mengenenai latarbelakang masalah nyata tidak
memberikan abstraksi dari diversitas, kompleksitas dan variabilitas dimensi
yang terlibat dan dinamikanya. Pengetahuan dicapai dalam penelitian
transdisipliner mengenai proses-proses secara besar didasarkan pada bukti
empiris, adanya data, yang dapat distrukturkan sebagai sistem pengetahuan
dengan bantuan pemodelan statistik dan matematika. Meskipun hasil dari
sistem-sistem pengetahuan dapat secara metodologis dihasilkan, model-model
tersebut kekurangan kekuatan penjelasan dari penelitian dasar dan terapan, dan
mengandung ketidakpastian. Generalisasi pengetahuan dapat dicapai dengan
mentransferkan model dan metode kepada konteks dan jenis isu yang lain, yang
membutuhkan validasi pengetahuan yang bermanfaat dalam setiap sudut latar.
Para
ahli psikologis menganalisis pola-pola berbeda mengenai motivasi-motivasi
konsumen dengan menunjukkan sebuah pemilihan konstan barang-barang yang
ditawarkan di dalam toko-toko. Para ilmuwan bisnis tertarik dengan bagaimana
para konsumen bereaksi terhadap barang-barang tersebut dan bagaiman mereka
ditawarkan di dalam toko, sementara mengabaikan adanya jenis-jenis motivasi
yang berbeda. Untuk mendapatkan keseluruhan cerita, maka seseorang tidak hanya menggabungkan
temuan-temuannya karena hasil-hasil psikologis tidak leluasa valid bila
variabel-variabel tertentu tidak leluasa dikontrol, namun beragam dengan
perubahan-perubahan dari barang-barang yang ditawarkan. Dalam kasus tersebut,
tidak hanya hasil, namun konsep dan metode dari disiplin ilmu yang berbeda yang
harus diadaptasikan bagi satu sama lain dan digabungkan untuk penelitian dengan
sebuah pendekatan interdisipliar berionentasi isu. Ini berguna untuk menyadari
proses kombinasi ini dan adaptasi dari konsep-konsep dan metode-metode dalam
interaksi tertutup dengan para pelanggan, penjual dan para produsen dan
lain-lain agar mempelajari mengapa mereka memilih dalam cara yang diobservasi
dan memberikan kontribusi terhadap cerminan pada pengaruh-pengaruh positif dan negative
mengenai keberlanjutan dari semua aktor yang terlibat dalam isu tersebut
mengenai konsumsi yang lebih dapat berkelanjutan.
Analisis
Analisis
terhadap jurnal ini didasarkan pada bagian-bagian penting yang dirasa sebagai
pembahasan dari jurnal ini terlepas dari bagian metode dan model yang
dikembangkan seperti yang tertulis pada bagian sebelumnya dalam makalah ini. Bagian-bagian
tersebut diantaranya ialah ketika penelitian memproleh banyak transdisipliner, maka
para peneliti memasuki landasan-landasan yang tidak biasa untuk menghasilkan
pengetahuan ilmiah. Dalam menghadapi kompleksitas isu-isu yang tidak hanya
tingkat empiris tetapi juga yang berkaitan dengan tingkat nilai, normative dan
pragmatis dari pemecahan masalah yang ada di masyarakat, maka penelitian lebih
terjalin dengan praktek-praktek dan kebijakan-kebijakan sosial, kemudian
tantangan-tantangan pengetahuan ilmiah alam dan opini-opini tentang
kualitasnya. Dua tanda sistem dari ketidakpastian dan keputusan yang membedakan
antara sains inti, penelitan terapan, konsultasi professional dan sains
post-normal yang dicirikan oleh tiga jenis tujuan yaitu (1) penelitian terapan
ialah beriorientasi misi, (2) konsultasi professional ialah melayani pelanggan,
(3) sains post-normal ialah digerakan oleh issu. Ketiga tujuan ini bertentangan
dengan sains utama – penelitian tradisional ‘murni’ atau ‘dasar’ yang
termotivasi oleh keingintahuan. Selanjutnya, dalam konteks pembangunan yang
dapat berkelanjutan, penelitian transdisiplinarity menempatkan sebuah bidang
masalah dengan mengindentifikasi dimensi-dimensi berbeda dari pertanyaan
terhadap isu tersebut, dan mengkaji kompleksitas, dinamis dan variabilitas yang
berkaitan dengan bagaimana ditransformasikan dalam sebuah cara yang lebih dapat
berkelanjutan. Sikap dari berbagai pengambil kebijakan memegang peranan penting
dalam mengidentifikasi dan menstrukturkan ide-ide bagi penelitian, karena
isu-isu ini berkaitan dengan praktek-praktek manusia.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang coba ditarik dalam makalah ini didasarkan atas kesimpulan yang dibangun
dalam jurnal. Ulasan kesimpulannya ialah bahwa cakupan pendekatan yang luas
ditujukan terhadap isu-isu dalam penelitian lintas bidang ilmu telah
dikembangkan sehingga tidak menghilangkan keanekaragaman, kompleksitas, dan
variabilitas. Oleh karena itu terdapat tiga pertanyaan mendasar yang ditujuan
terhadap isu-isu mengenai (1) dengan cara
apa proses membentuk sebuah bidang masalah dan dimana kebutuhan bagi perubahan?
(2) Praktek-praktek apa yang lebih baik (target dalam arti tujuan-tujuan
pembangunan yang dapat berkelanjutan)? (3) Bagaimana praktek-praktek yang ada
sekarang dapat ditransformasikan? Seseorang dapat focus pada salah satu dari
pertanyaan ini sementara memperhitungkan setiap dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut berkaitan dengan aspek-aspek empiris, pragmatis, normatif dan
purposif. Selanjutnya, perhatian-perhatian penelitian yang berkaitan dengan
penelitian berkelanjutan adalah pemahaman mengenai transisi keberlanjutan yang
disebut dengan ‘Scylla of political
irrelevance and the Charybdis of technical inadequacy’. Scylla merupakan pengoptimalan
kekeliruan yang terdiri atas ide berpikir sederhana dalam tradisi rekayasa
system yang efektif dalam pembangunan berkelanjutan. Mengoptimalkan kekeliruan mengabaikan
bahwa penelitian harus memandang rasionalitas tujuan dan hak orang untuk penentuan
diri-sendiri juga, yang berarti bahwa argument-argumen bagi perbebatan politis
harus disediakan.
Kekeliruan
muncul karena adanya hambatan-hambatan kognitif diantara para peneliti dari budaya-budaya
ilmiah yang berbeda. Penelitian dalam ilmu sosial dan sastra memiliki sebuah
penekanan mengenai konsep-konsep analisis dan teori-teori tentang bagaimana
memahami sebuah permasalahan dan memami perubahan sosial dalam sudut pandang determinasi-sendiri
dari masyarakat dalam kebebasan politik. Pentingnya pembangunan kapasitas dalam
penelitian berkelanjutan agar mengembangan lembaga-lembaga melakukan penelitian
dan pendidikan dalam arah lintas disiplin ilmu yang beriorentasi isu pelengkap
sampai pada lembaga-lmebaga yang ada dalam penelitian dasar dan terapan.
Analisis Kritis
Atas gambaran dari
jurnal yang dikaji dalam makalah ini, bahwa awalnya pengetahuan dan penelitian
itu berasal dari Utara atau Barat, namun sejalan dengan perkembangannya metode
penelitian dan teknik penelitian juga dibangun dari Selatan. Kolaborasi antara
dua pandangan ini menghasilkan percampuran pemahaman yang saling melengkapi
kekurangan satu dengan lainnya. Hasil dari kolaborasi ini menciptkan kemajuan dalam
khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan ilmu
pengetahuan secara empiris di dasarkan atas penelitian-penelitian yang dikaji
secara terstruktur dan sistematis sehingga melahirkan kesimpulan atas objek
atau kajian. Penelitian-penelitian ini kiranya terdiri atas tiga jenis penelitian
yaitu penelitian dasar, penelitian terapan serta konsultasi professional. Penelitian
dasar dibutuhkan untuk mengembangkan sains murni. Sedangkan penelitian terapan
merupakan penelitian lanjutan terhadap perkembangan atas penelitian-penelitian
murni agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Juga sama halnya
bahwa penelitian terapan yang berkaitan dengan konsultasi professional dapat
dibangun berdasarkan pengalaman-pengalaman aktor-aktor sosial di dalam
masyarakat. Adanya penelitian terapan dan konsultasi professional juga
memberikan rangsangan terhadap keberlanjutan dari innovasi penelitian-penelitian
murni atau dasar. Dari ketiga jenis ini, tidak dapat berdiri sendiri melainkan
saling terkait satu dengan yang lainnya dalam struktur yang kongkrit, sehingga
memunculkan hubungan diantara setiap struktur dengan memberikan pengaruh satu
dengan lainnya. Oleh karena itu, keberadaan ketiga jenis penelitian tersebut
kiranya harus mampu memberikan dampak terhadap pembangunan yang dapat
berkelanjutan. Selain itu, penelitian-penelitian tersebut juga harus mampu menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penyelesaian atau menempatkan kepentingan-kepentingan
yang dialami oleh pelaku atau aktor-aktor yang berperan dalam pemenuhan
kebutuhan atas barang publik (public
goods), baik dimasa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Aplikasi di Indonesia
Penerapan
penelitian yang melibatkan bidang ilmu yang berbeda terhadap suatu objek yang
menjadi kajian telah ditunjukkan oleh Zulaikha (2014) dalam penelitian disertasinya
yang betujuan untuk mengembangkan sebuah model kolaboratif efektif diantara para
perancang dan pembuat kerajinan tangan dengan keseluruhan tujuan dalam
meningkatkan bisnis kerajinan tangan pedesaan dan mencegah penghilangan jumlah industry
pengrajin pedesaan. Kearifan lokal, konteks global, kesulitan yang dialami oleh
industry pengrajin pedesaan dan kekuatan serta tantangan dikaji sebagai pokok bagi
pengembangan model tersebut. Metode pengambilan datanya dilakukan dengan menggunakan
teknik partisipatory action research
(PAR). Di akhir aksi kolektif dari proyek partisipatif menunjukkan tanda-tanda
positif yang mendukung pengembangan masyarakat yang membawa manfaat sosial dan
ekonomis.
Di
bidang kesehatan, pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penelitian
kolaboratif dengan mengabungkan beberapa universitas dalam satu tujuan yang
sama. Widyahening, et al., (2016) dalam tulisannya mengenai penelitian
kolaboratif yang dilakukan dalam pendidikan dokter sebagai bagian dari kegiatan
kolaboratif pendidikan antara tiga universitas (Universitas Indonesia,
Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Andalas) dengan menggunakan metode working group terhadap perwakilan dari ketiga
universitas tersebut dimana para pesertanya diminta untuk memprioritaskan topik-topik
yang telah ditentukan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa prioritas
penelitian kolaboratif bagi tiga fakultas kedokteran tersebut kiranya
memperhatikan ketersediaan sumberdaya dan faktor-faktor lain (kepentingan
nasional, kontribusi terhadap pengembangan akademik rumah sakit dan program
kolaborasi).
Penutup
Makalah mengenai
keterkaitan antara penelitian lintas disiplin ilmu pengetahuan dalam
pembangunan berkelanjutan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
tantangan-tantangan di masa depan. Kehadiran makalah ini diharapkan mampu untuk
memberikan sedikit pengantar terhadap pentingnya hal tersebut. Partisipasi dan
dorongan bersama dalam menjembatani pembagian informasi juga menjadi peran
tersendiri agar semangat ini mampu memberikan kesejahteraan bagi umat manusia
di masa yang akan datang. Demikian makalah ini dibuat untuk mengulas hal-hal
tersebut agar dapat memberikan uraian terhadap dinamika konsepsi dan
implementasi penelitian yang berbasis lintas ilmu pengetahuan dan
pendekatan-pendekatan yang seharusnya dilakukan dalam menyusun metodeloginya.
Daftar
Pustaka
Bergmann
M., Brohmann B., Hoffman E., Loibl M.C., Rehaag R., Schramm E., Peter Vob J.,
2005. Quality Criteria of Transdiciplinary Research. A Guide for the Formative
Evaluation of Research Projects. Program of Social-Ecological Research of
German’s Federal Ministry for of Education and Research, Germanny.
Cronin,
Karen., 2008. Transdiciplinary Research (TDR) and Sustainability. Overview
Report Prepared for the Ministry of Research, Science and Technology (MoRST)
New Zealand.
Cristens,
B., and Perkins D.D., 2008. Transdiciplinary, Multilevel Action Research to
Enhance Ecological and Psychopolitical Validity. Journal of Community
Psychology. Vol. 36 (2): 214 – 231.
Fedeal
Ministry of Education and Research of German, 2009. Research for Sustainbale Development:
Framework Programme of the German Federal Ministry of Education and Research
(BMBF).
Francis,
C.A., Lieblein G., Breland T.A., Salomonsson, L., Geber U., Sriskandarajah N.,
Langer, V., 2008. Transdiciplinary Research for a Sustainable Agriculture and
Food Sector. Agronomy Journal. Vol. 100 (3): 771 – 776.
Hunt,
Fen., and Thornsbury, S., 2014. Facilitating Transdiciplinarity Research in an
Evolving Approach to Science. Open Journal of Social Sciences. Vol. 2: 340 –
351.
Pohl,
Christian., and Hadorn, G.H., 2008. Methodological Challenges of
Transdiciplinary Research. Journal Nature Science Societes. Vol. 16 : 111 –
121. DOI: 10.1051/nss:2008035.
Stock,
Paul., and Burton R.J.F., 2011. Defining Terms of Integrated
(Multi-Inter-Trans-Disciplinary) Sustainability Research. Journal
Sustainability. Vol. 3: 1090 – 1113; doi:10.3390/su3081090.
Winkel,
C.R., Arlinghaus R., Deppisch S., Eisenack K., Gottschlisch D., Hrschl B.,
Matzdorf B., Molders T., Padmanabhan M., Selbmann K., Ziegler R., Plieninger
T., 2015. Characteristics, Emerging Needs, and Challenges of Transdiciplinary
Sustainability Science: Experiences from the German Social-Ecological Research Program. Ecology
and Society 20(3): 13. http://www.ecologyandsociety.org/vol20/iss3/art13/.
Widyahening,
I.S., Mutmainah., Yulistini, Laksmi
P.W., Simadibrata M., 2014. Setting an Agend for Collaborative Research in
Medical Education in Indonesia. Southeast Asian Journal of Medical Education.
Vol. 8(2): 8 – 13.
Zulaikha,
Ellya., 2014. Collaborative Learning in the Rural Indonesian Craft Industry. PhD
Thesis, Queensland University of Technology.