Analisis Jurnal
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
Analisis Permintaan Ikan di Indonesia
(Demand
Analysis for Fish in Indonesia by Kusumastanto and Jolly, 1997)
Oleh
La Ode Wahidin
Latar
Belakang
Sektor
perikanan merupakan sektor penting yang memberikan kontribusi terhadap ekonomi
Indonesia dalam hal produksi protein, tenaga kerja dan penghasil devisa. Pada
tahun 1988, sektor ini memegang peranan penting dengan menghasilkan 2.9 juta ton
ikan dimana 7.89% dari produksi pertanian. Produksi ikan yang tumbuh dengan
tingkat 5.3% per tahun selama periode tahun 1984-88, telah melebihi pertumbuhan
relative dalam sektor pertanian secara umum (3.7%). Produk-produk perikanan yang
juga merupakan sumber penting devisa, diperkirakan mendekati 45% dari ekspor
pertanian yaitu sebesar US$ 914.5 juta pada tahun 1990. Produk-produk perikanan
utama yag diekspor adalah udang dan tuna. Meskipun pentignya sektor ini
terhadap ekonomi Negara, struktur pasar bagi produk-produk perikanan tidaklah
terdefinisi dengan baik. Pengaruh perubahan harga dan variabel non-ekonomi pada
permintaan pasar belum diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumastanto dan
Jolly (1997) ini akan mengkaji hal tersebut dan juga ketersediaan pengetahuan mengenai
variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan ikan sangat penting bagi sektor
swasta dan para pengambil kebijakan.
Tingkat
produksi ikan Indonesia selama periode 1984-88 mengalami peningkatan yang lebih
cepat dari pada konsumsi ikan perkapita. Rata-rata konsumsi ikan perkapita ikan
pada tahun 1988 adalah 15.2 kg dan 15.9 kg di tahun 1990. Ikan diperhitugnkan
lebih dari 60% protein hewani yang dikonsumsi di Indonesia. Selama periode yang
sama, pendapatan ril dan penduduk meningkat yaitu masing-masing sekitar 7.7%
dan 2.24% per tahun. Dengan demikian, maka perlu kiranya adanya kajian mengenai
besarnya pengaruh pertumbuhan tersebut dan variabel lainnya terhadap permintaan
ikan di Indonesia. Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk menentukan fungsi
permintaan agregat dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan di
Indonesia selama periode 1967-88.
Permasalahan
Karena konsumsi per kapita sangat rendah dan
peningkatan pada tingkat yang paling rendah dari pada produksi ikan, maka penting
untuk mengetahui parameter-parameter yang mempegaruhi permintaan ikan pad
tingkat domestic dan elastisitas harga dalam jangka pendek dan jangka panjang. Di
Indonesia sangat sedikit diketahui bahwa sifat permintaan ikan dan komoditas
lain, karena kurangnya set-data yang lengkap untuk menyajikan analisis. Data
yang tersedia kebanyakan merupakan data seri yang terkumpul secara tahunan.
Karena harga dari spesies dan produk perikanan berbeda-bedan cenderung bergerak
bersama, maka teorema komoditas komposit berperan dan kelompok-kelompok produk
perikanan dapat diperlakukan sebagai barang tunggal. Oleh karena itu, kumpulan
spesies dan produk tersebut umum dalam analisis permintaan. Analisis permintaan
agregat dapat, meskipun, menghasilkan informasi susbstantif seperti harga, dan
elastisitas pendapatan serta aspek-aspek dinamis lain dari tingkah laku pasar.
Metode
Analisis
Permintaan berbagai produk ikan merupakan elastis
secara leratif bagi kebanyakan Negara. Kurva permintaan yang tidak elastis
tertentu, maka peningkatan penawaran, barang-barang lain masih konstan, akan
menghasilkan jatuhnya harga dan total penghasilan. Para investor di sektor perikanan
memberikan perhatian bahwa perluasan output perikanan mungkin munurunkan
tekanan harga dan penghasilan.
Aksioma tingkah laku dari individu konsumen seperti
membuat pilihan daftar komoditas, agar memaksimalkan kepuasaan terhadap sebuah
batasan anggaran. Anggaplah bahwa seorang konsumen dengan pendapatan, Y,
membuat pilihan sejumlah q1, q2, q3…., qn dari daftar komoditas dengan
bagian-bagian n, dan tingkatan harga p1, p2, dan p3, maka selanjutnya fungsi
penggunaan (utility) dapat
dispesifikasinya sebagai beriktu.
………….. (1)
Dengan hipotesa bahwa utilitas
maksimal konsumen berhubungan dengan keterbatasan anggaran. Selain itu dengan
mempertimbangkan bahwa parameter-parameter fungsi permintaan bagi sebuah model
sederhana dimana salah satu komoditas dapat dibuat tunggal untuk kepentingan
analisis. Yang secara teoritis mengikuti model berikut ini.
…………………………. (2)
Dimana
= konsumsi per kapita dari komuditas ke-I;
= harga komoditas ke-I;
= variabel lain yang mempengaruhi permintaan
(diasumsikan exogeneous);
= pendapatan
per kapita;
= periode waktu yang diberkan.
Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam makalah
ini yaitu model penyesuaian kondisi Houthakker-Taylor (H-T) dan model penyesuaian
parsial (PAM). Model H-T merupakan model permintaan dinamis pertama yang mencakup
baik pengaruh-pengaruh inventoris dan pengaruh kebiasaan yang muncul dari
konsumsi di masa lalu terhadap permintaan yang sekarang. Sebagai tambahan bahwa
dalam makalah ini hanya berfokus pada formasi habitat. Model tersebut didasarkan
pada dua persamaan: sebuah fungsi permintaan dimana pedapatan, harga, dan
keadaan atau variabel stok merupakan variabel pendukung, dan sebuah identitas
toko. Sedangkan model penyesuaian parsial mengasumsikan bahwa agen ekonomi
secara parsial menyesuaikan nilai-nilai equilibrium ditentukan oleh kondisi maksimum
(atau minim). Dalam kasus konsumen, nilai-nilai equilbirum tersebut merupakan
kuantitas yang didefenisikan oleh permasaan permintaan statitis.
Selanjutnya, data dalam penelitian ini merupakan
data sekunder permintaan ikan di Indonesia yang dikumpulkan sejak tahun 1967 –
1988 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dan publikasi-publikasi terkait
lainnya.
Model
Analisis
Model
yang digunakan untuk menghitung permintaan di Indonesia adalah bentuk dua
fungsi (fungsi linier dan logaritme-ganda).
Bentuk
linearnya :
Logaritma
berganda :
Metode
kuadrat terkecil (generalized least
squares) digunakan untuk menghitung fungsi model statis dan model Houthakker-Taylor
digunakan untuk menghitung formasi dan pengaruh-pengaruh penyesuaian inventarisir.
Untuk menghitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang, model
penyesuaian parsial digunakan dalam penelitian ini.
Analisis
Hasil
analisis yang dibangun dari asumsi hipotesa penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikan diantara konsumsi per kapita ikn dan variabel-variabel penjelasannya.
Uji-t individu menunjukkan bahwa kebanyakan regresi parsial dalam model linear
dan model double-log secara statistic berbeda dari nol. Uji Goldfield-Quant digunakan
bagi pengujian heteroscedarsticy and menunjukkan bahwa nilai (lamda) < nilai
F kritis. Kemudian hetererogenitas bukan merupakan sebuah masalah. Karena
hasil-hasil pengujian hipotesa memuaskan, maka model yang muncul dapat dapat
diterima.
Transformasi Box Cox adalah transformasi pangkat pada respon. Box
Cox mempertimbangkan kelas transformasi berparameter tunggal. Analisis
regresi Box-Cox digunakan agar pemilihan fungsih permintaan ikan cocok.
Berdasarkan pada variasi residual yang paling kecil, maka diputuskan bahwa
bentuk fungsi double-log lebih cocok dari pada model linier. Oleh karena itu, model
double-log dipilih untuk menganalisis fungsi permintaan ikan di Indonesia.
Semua
elastisitas berada pada jangka pendek, dan dievaluasi pada rata-rata sampel. Parameter
tersebut memenuhi ekspektasi priotias ekonomi dimana tanda elastasitas harga permintaan
sendiri negative, yang menujukkan bahwa bila harga ikan ril meningkat, maka rata-rata
konsumsi perkapita ikan menurun. Model double-log menghitung elastisitas harga-ikan
sendiri adalah – o.102, yang menunjukkan permintaan yang tidak elastis dan bila
harga ikan ril ikan meningat sebesar 1.0%, maka jumlah permintaan ikan akan
berkurang sebesar 0.102%. elastisitas permintaan cross-price berkaitan dengan
harga telur yaitu sebesar 0.271, yang mengindikasikan bahwa telur merupakan barang
pengganti bagi ikan karena bila harga ikan rill meningkata sebesar 1.0%, maka
jumlah permintaaan telur akan meningkat sebesar 0.271%. Daging ayam bukan
merupakan brang pengganti bagi ikan. Ini dapat dijelakan dengan harga ayam
tinggi relative yang dibandingkan dengan telur dan sifat produk tersebut dalam
sudut pandang divisibilitas bagi para konsumen yang berpendapatan rendah. Ketika
variabel tersebut bagi harga ayam turun dari model, maka tidak ada perubahan
signifikan dalam model tersebut; sehingga, masih terjaga. Tingkat elastisitas
pendapatan bagi ikan adalah 0.506. Nilai ini lebih rendah dari unitas, yang
menunjukkan permintaan elastis pendapatan ikan, dan ikan tersebut merupakan
barang normal. Dengan tingkat pertumbuhan dalam pendapatan perkapita 7.7% per
tahun selama 1984 – 1988, maka rata-rata konsumsi ikan per kapita diharapkan
meningkat sebesar 3.8% per tahun.
Dalam
analisis model dinamis, hampir semua variabel bagi model Houthakker – Taylor
(H-T) signifikan pada α = 0.05. Hasil-hasil empiris variabel tersebut, β (koefisien
tingkah laku inventory), γ (kecenderungan konsumsi marjinal jangka pendek), γ’(kecenderungan
konsumsi marjinal jangka panjang). Nilai β = 0.869, menunjukkan sebuah pengaruh
formasi tingkah laku yang berarti pembelian di masa lalu mempengaruhi pembelian
di masa sekarang, dan ikan merupakan suatu barang yang tidak dapat dipakai. Nilai
ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan berkaitan dengan kebiasaan fisiologis
pembelian ikan. Kondisi ini mendukung fenomena konsumsi ikan yang lebih tinggi
di daerah pesisir pantai. Tingkat depresiasi (δ) menunjukkan tingkat dimana
kebiasaan ini diturunkan dengan nila δ adalah 1.147. Jelas bahwa kebiasaan terkikis
dengan cukup cepat. Kecenderungan marginan bagi konsumsi janga pendek relative
rendah (0.17) yang konsisten dengan pertumbuhan konsumsi ikan yang lebih
rendah. Oleh karena itu, kecenderungan konsumsi marginal jangka panajang lebih
tinggi (0.701) yang berarti pertumbuhan permintaan konsumsi ikan bagi masa
depan. Peningkatan yang diharapkan dalam konsumsi di masa yang akan datang
tidak hanya disebakan oleh kebiasaan, tetapi juga disebabkan oleh peningkatan pendapatan
perkapita.
Tingkat
signifikansi statastik dan variance terjelaskan dari model penyesuaian parsial
tinggi di kebanakan regressi. Model penyesuaian parsial digunakan untuk
menangkap proses penyesuaian dinamis diantara respon permintaan konsumen
sekarang dan equilibrium jangka panjang atau permintaan yang diinginkan. Aplikasi
model ini juga menyediakan sebuah metode yang sesuai dalam menggerakkan
parameter permintaan jangka panjang dan elastisitas berdasarkan pada koefisien
yang diperkirakan dari persamaan permintaan jangka pendek. Koefisien penyesuaian
(K) pada transformasi logaritmatis, yaitu 0.505, yang menunjukkan bahwa ada
sebuah proses penyesuaian yang lambat diantara permintaan konsumen saat ini dan
yang diinginkan jangka panjang. Mengasumsikan tingkat penyesuaian 90% terhadap Qt*,
permintaan saat ini diperkirakan membutuhkan 3.3 tahun untuk memperoleh sebuah
penyesuaian penuh. Ditentukan proses ini secara relative lambat, perbedaan
antara elastisitas jangka pendek dan jangka panjang dapat ditentukan. Ditunjukkan,
secara umum, bahwa elastisitas jangka panjang berada sekitar 2 kali sebesar elastisitas
jangka pendek, yang berarti bahwa permintaan ikan di Indonesia bertumbuh, namun
pada tingkat yang rendah.
Dengan
para produsen menghadapi fungsi permintaan ikan yang tidak elastis di tingkat
pasar domestic, makka peningkatan ivestasi dalam sector perikanan seharusnya
dapat dimonitor secara hati-hati. Sebuah peningkatan suplai agak menghasilkan sebuah
penurunan dan penerimaan perikanan. Analisis dinamis menunjukkan konsumsi ikan
bergantung pada kebiasaan psikologis pembelian dari konsumen. Penting untuk mendorong
para konsumen domestic agar makan ikan lebih banyak, dan menggunakan
teknik-teknik seperti iklan untuk mempengaruhi kesukaan mereka terhadap
konsumsi ikan. Perubahan permintaan konsumen akan mungkin mempengaruhi sifat
kurva permintaan dan penghasilan yang hilang berkaitan dengan kurva permintaan
domestic yang tidak elastis.
Faktor
lain yang akan tentu meningkatan konsumsi ikan adalah pendapatan per kapita. Nilai
dari elastisitas pendapatan adalah 0.506, yang menunjukkan bahwa produk
perikanan merupakan barang normal yang berarti peningkatan pendapatan akan
meningkatkan konsumsi perikanan per kapita. Selama periode 1984 – 1988, dengan
tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita 7.7% per tahun, diprediksi bahwa tingkat
pertumbuhan konsumsi ikan per kapita akan menjadi 3.85%. tingkat ini agaknya
lebih tinggi daripada peningkatan ril konsumsi ikan per kapita, yaitu sebesar
2.60% per tahun selama periode tersebut. Dengan memperhatikan tingkat
elastisitas pendapatan, maka kecenderungan konsumsi marjinal jangka pendek dan
jangka panjang, kelihatannya bahwa peningkatan pendapatan berkontribusi secara
signifikan terhadap konsumsi ikan.
Analisis
dinamis menunjukkan perbedaan yang dapat diukur diantara elastisitas jangka
pendek dan jangka panjang, dan bahwa koefisien penyesuaian rendah. Temuan ini
menunjukkan bahwa konsumsi per kapita ikan sedang tumbuh, namun berada pada
tingkat rendah. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan untuk memperluas keinginan
para konsumen terhadap ikan diperluas dan iklan, serta khususnya di
daerah-daerah yang memiliki jumlah penduduk yang padat, sekiranya harus
mendorong konsumsi ikan di Indonesia pada tingkat yang lebih cepat.
Kesimpulan
Regresi Box-Cox menunjukkan bahwa model double-log lebih
cocok bagi analisis permintaan ikan di Indonesia. Temuan-temuan studi ini
menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan diantara pendapatan konsumsi per
kapita ikan dengan harga ikan, harga telur, dan pendapatan per kapita. Elastisitas
harga sendiri dari permintaan ikan adalah -0.102, yang berarti bahwa jumlah
permintaan ikan saling terkait, dan permintaan ikan tidak elastis harga. Secara
umum, elastisitas cross-price bagi
telur adalah positif, yang menunjukkan bahwa telur merupakan produk pengganti
bagi ikan. Elastisitas pendapatan permintaan adalah 0.506 yang berarti bahwa ikan
merupakan barang normal dan konsumsi ikan akan meningkat dengan meningkatnya
pendapatan.
Nilai koefisien kebiasaan-stok (β) menunjukkan bahwa
konsumssi ikan di Indonesia bergantung pada kebiasaan psikologis
pembelian-makanan, yang berarti bahwa pembelian di masa lalu mempengaruhi
pembelian dimasa sekarang. Besarnya kecenderungan untuk konsumsi marjinal
jangka panjang mreupakan suatu tanda dimana permintaan ikan di Indonesia akan
meningkat. Koefisien penyesuaian rendah parallel dengan kondisi tingkat pertumbuhan
konsumsi ikan perkapita yang rendah; sehingga, konsumsi ikan per kapita tumbuh
dengan tingkat yang rendah. Peningkatan pendapatan dan preubahan positif
tingkah laku atau kesukaan terhadap ikan merupakan faktor penting bagi
peningkatan konsumsi ikan di Indonesia.
Analisis
Kritis
Kecenderungan sifat
permintaan, seperti yang diestimasi dalam studi ini, peningkatan investasi
dapat memiliki pengaruh negative terhadap pasar domestik. Inti hasil-hasil
tersebut berarti bahwa bila investasi dibuat dalam sektor perikanan untuk
menggerakkan kurva penawaran eksport ke sebelah kanan, maka perhatian
seharusnya diberikan kepada perubahan struktur kurva permintaan domestic.
Perubahan dalam kurva permintaan domestic ke sebelah kanan (misalnya dengan
iklan) dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan investasi yang dibuat dalam
sektor perikanan.
Penggunaan data bulanan
atau kuarter dan peningkatan pengumpulan data kiranya dapat menyediakan
hasil-hasil yang lebih defenitif dalam memahami faktor-faktor kunci bagi
produk-produk perikanan. Pengembangan model selanjutnya sangat penting untuk
mendukung pengambilan keputusan pemerintah dan sektor bisnis.
Penutup
Demikian kajian ini dibuat sebagai proses
pembelajaran dalam mempelajari analisis permintaan terhadap ikan dimana
terdapat variabel-variabel yang mempengaruhinya baik secara ekonomi maupun
sosial. Pengetahuan tentang pengaruh dan variabel tersebut kiranya memberikan
gambaran terhadap pembelajaran pengambilan keputusan di masa yang akan datang
yang didasarkan atas analisis yang kuat.