Senin, 11 April 2016

Analisis Permintaan Ikan di Indonesia



 Analisis Jurnal
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika


Analisis Permintaan Ikan di Indonesia
(Demand Analysis for Fish in Indonesia by Kusumastanto and Jolly, 1997)



Oleh

La Ode Wahidin


 Latar Belakang
Sektor perikanan merupakan sektor penting yang memberikan kontribusi terhadap ekonomi Indonesia dalam hal produksi protein, tenaga kerja dan penghasil devisa. Pada tahun 1988, sektor ini memegang peranan penting dengan menghasilkan 2.9 juta ton ikan dimana 7.89% dari produksi pertanian. Produksi ikan yang tumbuh dengan tingkat 5.3% per tahun selama periode tahun 1984-88, telah melebihi pertumbuhan relative dalam sektor pertanian secara umum (3.7%). Produk-produk perikanan yang juga merupakan sumber penting devisa, diperkirakan mendekati 45% dari ekspor pertanian yaitu sebesar US$ 914.5 juta pada tahun 1990. Produk-produk perikanan utama yag diekspor adalah udang dan tuna. Meskipun pentignya sektor ini terhadap ekonomi Negara, struktur pasar bagi produk-produk perikanan tidaklah terdefinisi dengan baik. Pengaruh perubahan harga dan variabel non-ekonomi pada permintaan pasar belum diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumastanto dan Jolly (1997) ini akan mengkaji hal tersebut dan juga ketersediaan pengetahuan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan ikan sangat penting bagi sektor swasta dan para pengambil kebijakan.
Tingkat produksi ikan Indonesia selama periode 1984-88 mengalami peningkatan yang lebih cepat dari pada konsumsi ikan perkapita. Rata-rata konsumsi ikan perkapita ikan pada tahun 1988 adalah 15.2 kg dan 15.9 kg di tahun 1990. Ikan diperhitugnkan lebih dari 60% protein hewani yang dikonsumsi di Indonesia. Selama periode yang sama, pendapatan ril dan penduduk meningkat yaitu masing-masing sekitar 7.7% dan 2.24% per tahun. Dengan demikian, maka perlu kiranya adanya kajian mengenai besarnya pengaruh pertumbuhan tersebut dan variabel lainnya terhadap permintaan ikan di Indonesia. Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk menentukan fungsi permintaan agregat dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan di Indonesia selama periode 1967-88.

Permasalahan
Karena konsumsi per kapita sangat rendah dan peningkatan pada tingkat yang paling rendah dari pada produksi ikan, maka penting untuk mengetahui parameter-parameter yang mempegaruhi permintaan ikan pad tingkat domestic dan elastisitas harga dalam jangka pendek dan jangka panjang. Di Indonesia sangat sedikit diketahui bahwa sifat permintaan ikan dan komoditas lain, karena kurangnya set-data yang lengkap untuk menyajikan analisis. Data yang tersedia kebanyakan merupakan data seri yang terkumpul secara tahunan. Karena harga dari spesies dan produk perikanan berbeda-bedan cenderung bergerak bersama, maka teorema komoditas komposit berperan dan kelompok-kelompok produk perikanan dapat diperlakukan sebagai barang tunggal. Oleh karena itu, kumpulan spesies dan produk tersebut umum dalam analisis permintaan. Analisis permintaan agregat dapat, meskipun, menghasilkan informasi susbstantif seperti harga, dan elastisitas pendapatan serta aspek-aspek dinamis lain dari tingkah laku pasar.

 Metode Analisis
Permintaan berbagai produk ikan merupakan elastis secara leratif bagi kebanyakan Negara. Kurva permintaan yang tidak elastis tertentu, maka peningkatan penawaran, barang-barang lain masih konstan, akan menghasilkan jatuhnya harga dan total penghasilan. Para investor di sektor perikanan memberikan perhatian bahwa perluasan output perikanan mungkin munurunkan tekanan harga dan penghasilan.
Aksioma tingkah laku dari individu konsumen seperti membuat pilihan daftar komoditas, agar memaksimalkan kepuasaan terhadap sebuah batasan anggaran. Anggaplah bahwa seorang konsumen dengan pendapatan, Y, membuat pilihan sejumlah q1, q2, q3…., qn dari daftar komoditas dengan bagian-bagian n, dan tingkatan harga p1, p2, dan p3, maka selanjutnya fungsi penggunaan (utility) dapat dispesifikasinya sebagai beriktu.
 ………….. (1)

Dengan hipotesa bahwa utilitas maksimal konsumen berhubungan dengan keterbatasan anggaran. Selain itu dengan mempertimbangkan bahwa parameter-parameter fungsi permintaan bagi sebuah model sederhana dimana salah satu komoditas dapat dibuat tunggal untuk kepentingan analisis. Yang secara teoritis mengikuti model berikut ini.
 …………………………. (2)
Dimana
 = konsumsi per kapita dari komuditas ke-I;
= harga komoditas ke-I;
 = variabel lain yang mempengaruhi permintaan (diasumsikan exogeneous);
 =  pendapatan per kapita;
  = periode waktu yang diberkan.

Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam makalah ini yaitu model penyesuaian kondisi Houthakker-Taylor (H-T) dan model penyesuaian parsial (PAM). Model H-T merupakan model permintaan dinamis pertama yang mencakup baik pengaruh-pengaruh inventoris dan pengaruh kebiasaan yang muncul dari konsumsi di masa lalu terhadap permintaan yang sekarang. Sebagai tambahan bahwa dalam makalah ini hanya berfokus pada formasi habitat. Model tersebut didasarkan pada dua persamaan: sebuah fungsi permintaan dimana pedapatan, harga, dan keadaan atau variabel stok merupakan variabel pendukung, dan sebuah identitas toko. Sedangkan model penyesuaian parsial mengasumsikan bahwa agen ekonomi secara parsial menyesuaikan nilai-nilai equilibrium ditentukan oleh kondisi maksimum (atau minim). Dalam kasus konsumen, nilai-nilai equilbirum tersebut merupakan kuantitas yang didefenisikan oleh permasaan permintaan statitis.

Selanjutnya, data dalam penelitian ini merupakan data sekunder permintaan ikan di Indonesia yang dikumpulkan sejak tahun 1967 – 1988 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dan publikasi-publikasi terkait lainnya.

Model Analisis
Model yang digunakan untuk menghitung permintaan di Indonesia adalah bentuk dua fungsi (fungsi linier dan logaritme-ganda).
Bentuk linearnya        :
Logaritma berganda   :
Metode kuadrat terkecil (generalized least squares) digunakan untuk menghitung fungsi model statis dan model Houthakker-Taylor digunakan untuk menghitung formasi dan pengaruh-pengaruh penyesuaian inventarisir. Untuk menghitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang, model penyesuaian parsial digunakan dalam penelitian ini.

Analisis
Hasil analisis yang dibangun dari asumsi hipotesa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan diantara konsumsi per kapita ikn dan variabel-variabel penjelasannya. Uji-t individu menunjukkan bahwa kebanyakan regresi parsial dalam model linear dan model double-log secara statistic berbeda dari nol. Uji Goldfield-Quant digunakan bagi pengujian heteroscedarsticy and menunjukkan bahwa nilai (lamda) < nilai F kritis. Kemudian hetererogenitas bukan merupakan sebuah masalah. Karena hasil-hasil pengujian hipotesa memuaskan, maka model yang muncul dapat dapat diterima.
Transformasi Box Cox adalah transformasi pangkat pada respon. Box Cox mempertimbangkan kelas transformasi berparameter tunggal. Analisis regresi Box-Cox digunakan agar pemilihan fungsih permintaan ikan cocok. Berdasarkan pada variasi residual yang paling kecil, maka diputuskan bahwa bentuk fungsi double-log lebih cocok dari pada model linier. Oleh karena itu, model double-log dipilih untuk menganalisis fungsi permintaan ikan di Indonesia.
Semua elastisitas berada pada jangka pendek, dan dievaluasi pada rata-rata sampel. Parameter tersebut memenuhi ekspektasi priotias ekonomi dimana tanda elastasitas harga permintaan sendiri negative, yang menujukkan bahwa bila harga ikan ril meningkat, maka rata-rata konsumsi perkapita ikan menurun. Model double-log menghitung elastisitas harga-ikan sendiri adalah – o.102, yang menunjukkan permintaan yang tidak elastis dan bila harga ikan ril ikan meningat sebesar 1.0%, maka jumlah permintaan ikan akan berkurang sebesar 0.102%. elastisitas permintaan cross-price berkaitan dengan harga telur yaitu sebesar 0.271, yang mengindikasikan bahwa telur merupakan barang pengganti bagi ikan karena bila harga ikan rill meningkata sebesar 1.0%, maka jumlah permintaaan telur akan meningkat sebesar 0.271%. Daging ayam bukan merupakan brang pengganti bagi ikan. Ini dapat dijelakan dengan harga ayam tinggi relative yang dibandingkan dengan telur dan sifat produk tersebut dalam sudut pandang divisibilitas bagi para konsumen yang berpendapatan rendah. Ketika variabel tersebut bagi harga ayam turun dari model, maka tidak ada perubahan signifikan dalam model tersebut; sehingga, masih terjaga. Tingkat elastisitas pendapatan bagi ikan adalah 0.506. Nilai ini lebih rendah dari unitas, yang menunjukkan permintaan elastis pendapatan ikan, dan ikan tersebut merupakan barang normal. Dengan tingkat pertumbuhan dalam pendapatan perkapita 7.7% per tahun selama 1984 – 1988, maka rata-rata konsumsi ikan per kapita diharapkan meningkat sebesar 3.8% per tahun.
Dalam analisis model dinamis, hampir semua variabel bagi model Houthakker – Taylor (H-T) signifikan pada α = 0.05. Hasil-hasil empiris variabel tersebut, β (koefisien tingkah laku inventory), γ (kecenderungan konsumsi marjinal jangka pendek), γ’(kecenderungan konsumsi marjinal jangka panjang). Nilai β = 0.869, menunjukkan sebuah pengaruh formasi tingkah laku yang berarti pembelian di masa lalu mempengaruhi pembelian di masa sekarang, dan ikan merupakan suatu barang yang tidak dapat dipakai. Nilai ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan berkaitan dengan kebiasaan fisiologis pembelian ikan. Kondisi ini mendukung fenomena konsumsi ikan yang lebih tinggi di daerah pesisir pantai. Tingkat depresiasi (δ) menunjukkan tingkat dimana kebiasaan ini diturunkan dengan nila δ adalah 1.147. Jelas bahwa kebiasaan terkikis dengan cukup cepat. Kecenderungan marginan bagi konsumsi janga pendek relative rendah (0.17) yang konsisten dengan pertumbuhan konsumsi ikan yang lebih rendah. Oleh karena itu, kecenderungan konsumsi marginal jangka panajang lebih tinggi (0.701) yang berarti pertumbuhan permintaan konsumsi ikan bagi masa depan. Peningkatan yang diharapkan dalam konsumsi di masa yang akan datang tidak hanya disebakan oleh kebiasaan, tetapi juga disebabkan oleh peningkatan pendapatan perkapita.
Tingkat signifikansi statastik dan variance terjelaskan dari model penyesuaian parsial tinggi di kebanakan regressi. Model penyesuaian parsial digunakan untuk menangkap proses penyesuaian dinamis diantara respon permintaan konsumen sekarang dan equilibrium jangka panjang atau permintaan yang diinginkan. Aplikasi model ini juga menyediakan sebuah metode yang sesuai dalam menggerakkan parameter permintaan jangka panjang dan elastisitas berdasarkan pada koefisien yang diperkirakan dari persamaan permintaan jangka pendek. Koefisien penyesuaian (K) pada transformasi logaritmatis, yaitu 0.505, yang menunjukkan bahwa ada sebuah proses penyesuaian yang lambat diantara permintaan konsumen saat ini dan yang diinginkan jangka panjang. Mengasumsikan tingkat penyesuaian 90% terhadap Qt*, permintaan saat ini diperkirakan membutuhkan 3.3 tahun untuk memperoleh sebuah penyesuaian penuh. Ditentukan proses ini secara relative lambat, perbedaan antara elastisitas jangka pendek dan jangka panjang dapat ditentukan. Ditunjukkan, secara umum, bahwa elastisitas jangka panjang berada sekitar 2 kali sebesar elastisitas jangka pendek, yang berarti bahwa permintaan ikan di Indonesia bertumbuh, namun pada tingkat yang rendah.
Dengan para produsen menghadapi fungsi permintaan ikan yang tidak elastis di tingkat pasar domestic, makka peningkatan ivestasi dalam sector perikanan seharusnya dapat dimonitor secara hati-hati. Sebuah peningkatan suplai agak menghasilkan sebuah penurunan dan penerimaan perikanan. Analisis dinamis menunjukkan konsumsi ikan bergantung pada kebiasaan psikologis pembelian dari konsumen. Penting untuk mendorong para konsumen domestic agar makan ikan lebih banyak, dan menggunakan teknik-teknik seperti iklan untuk mempengaruhi kesukaan mereka terhadap konsumsi ikan. Perubahan permintaan konsumen akan mungkin mempengaruhi sifat kurva permintaan dan penghasilan yang hilang berkaitan dengan kurva permintaan domestic yang tidak elastis.
Faktor lain yang akan tentu meningkatan konsumsi ikan adalah pendapatan per kapita. Nilai dari elastisitas pendapatan adalah 0.506, yang menunjukkan bahwa produk perikanan merupakan barang normal yang berarti peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi perikanan per kapita. Selama periode 1984 – 1988, dengan tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita 7.7% per tahun, diprediksi bahwa tingkat pertumbuhan konsumsi ikan per kapita akan menjadi 3.85%. tingkat ini agaknya lebih tinggi daripada peningkatan ril konsumsi ikan per kapita, yaitu sebesar 2.60% per tahun selama periode tersebut. Dengan memperhatikan tingkat elastisitas pendapatan, maka kecenderungan konsumsi marjinal jangka pendek dan jangka panjang, kelihatannya bahwa peningkatan pendapatan berkontribusi secara signifikan terhadap konsumsi ikan.
Analisis dinamis menunjukkan perbedaan yang dapat diukur diantara elastisitas jangka pendek dan jangka panjang, dan bahwa koefisien penyesuaian rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa konsumsi per kapita ikan sedang tumbuh, namun berada pada tingkat rendah. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan untuk memperluas keinginan para konsumen terhadap ikan diperluas dan iklan, serta khususnya di daerah-daerah yang memiliki jumlah penduduk yang padat, sekiranya harus mendorong konsumsi ikan di Indonesia pada tingkat yang lebih cepat.

 Kesimpulan
Regresi Box-Cox menunjukkan bahwa model double-log lebih cocok bagi analisis permintaan ikan di Indonesia. Temuan-temuan studi ini menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan diantara pendapatan konsumsi per kapita ikan dengan harga ikan, harga telur, dan pendapatan per kapita. Elastisitas harga sendiri dari permintaan ikan adalah -0.102, yang berarti bahwa jumlah permintaan ikan saling terkait, dan permintaan ikan tidak elastis harga. Secara umum, elastisitas cross-price bagi telur adalah positif, yang menunjukkan bahwa telur merupakan produk pengganti bagi ikan. Elastisitas pendapatan permintaan adalah 0.506 yang berarti bahwa ikan merupakan barang normal dan konsumsi ikan akan meningkat dengan meningkatnya pendapatan.
Nilai koefisien kebiasaan-stok (β) menunjukkan bahwa konsumssi ikan di Indonesia bergantung pada kebiasaan psikologis pembelian-makanan, yang berarti bahwa pembelian di masa lalu mempengaruhi pembelian dimasa sekarang. Besarnya kecenderungan untuk konsumsi marjinal jangka panjang mreupakan suatu tanda dimana permintaan ikan di Indonesia akan meningkat. Koefisien penyesuaian rendah parallel dengan kondisi tingkat pertumbuhan konsumsi ikan perkapita yang rendah; sehingga, konsumsi ikan per kapita tumbuh dengan tingkat yang rendah. Peningkatan pendapatan dan preubahan positif tingkah laku atau kesukaan terhadap ikan merupakan faktor penting bagi peningkatan konsumsi ikan di Indonesia.

 Analisis Kritis
Kecenderungan sifat permintaan, seperti yang diestimasi dalam studi ini, peningkatan investasi dapat memiliki pengaruh negative terhadap pasar domestik. Inti hasil-hasil tersebut berarti bahwa bila investasi dibuat dalam sektor perikanan untuk menggerakkan kurva penawaran eksport ke sebelah kanan, maka perhatian seharusnya diberikan kepada perubahan struktur kurva permintaan domestic. Perubahan dalam kurva permintaan domestic ke sebelah kanan (misalnya dengan iklan) dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan investasi yang dibuat dalam sektor perikanan.
Penggunaan data bulanan atau kuarter dan peningkatan pengumpulan data kiranya dapat menyediakan hasil-hasil yang lebih defenitif dalam memahami faktor-faktor kunci bagi produk-produk perikanan. Pengembangan model selanjutnya sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan pemerintah dan sektor bisnis.

Penutup
Demikian kajian ini dibuat sebagai proses pembelajaran dalam mempelajari analisis permintaan terhadap ikan dimana terdapat variabel-variabel yang mempengaruhinya baik secara ekonomi maupun sosial. Pengetahuan tentang pengaruh dan variabel tersebut kiranya memberikan gambaran terhadap pembelajaran pengambilan keputusan di masa yang akan datang yang didasarkan atas analisis yang kuat.